Alhamdulillah... dengan izin Allah SWT kami sempatkan untuk mengisi atau menulis, setelah lama kami kurang aktif dalam menuangkan materi pada halaman ini. Alhamdulillah kami tertarik dengan permasalahan yang cukup sederhana ini untuk kita bahas. Mau disadari atau tidak ternyata masih perlu melakukan pembahasan yang di anggap remeh oleh kebanyakan masyarakat. Mari kita fahami terlebih dahulu apa itu Shalat Sunnah
Apasih Shalat Sunnah Itu?
حدثنا سليمان بن حرب قال حدثنا حماد بن زيد عن أيوب عن نافع عن ابن عمر رضي الله عنهما قال حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب في بيته وركعتين بعد العشاء في بيته وركعتين قبل صلاة الصبح وكانت ساعة لا يدخل على النبي صلى الله عليه وسلم فيها حدثتني حفصة أنه كان إذا أذن المؤذن وطلع الفجر صلى ركعتين
Dari Ibnu Umar RA berkata :“Aku menghafal sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berupa shalat sunnah sepuluh raka’at yaitu; dua raka’at sebelum shalat zuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua raka’at sesudah shalat isya’ di rumah beliau, dan dua raka’at sebelum shalat subuh.” (HR. Al-Bukhari no. 937, 1165, 1173, 1180 dan Muslim no. 729. Fathul Bari No 1126). Kesimpulannya adalah Shalat sunnah, itu Shalat yang di kerjakan diluar Shalat Wajib (selain Shalat yang di fardukan).
Untuk Apasih Shalat Sunnah Itu?
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِـهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ اَلصَّلاَةُ، قَالَ: يَقُوْلُ رَبُّنَا -جَلَّ وَعَزَّ- لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: اُنْظُرُوْا فِيْ صَلاَةِ عَبْدِيْ، أَتَمَّهَا أَوْ نَقَصَهَا، فَإِنْ كَانَتْ تَامَّـةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كاَنَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: اُنْظُرُوْا هَلْ لِعَـبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كاَنَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوْا لِعَبْدِيْ فَرِيْضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ عَلَى ذَلِكَ.
"Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari Kiamat adalah shalatnya." Rasulullah SAW bersabda lagi, "Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya, sedangkan Ia lebih mengetahui, 'Lihatlah shalat hamba-Ku, sudahkah ia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat kekurangan?' Bila ibadahnya telah sempurna maka ditulis untuknya pahala yang sempurna pula. Namun bila ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman, 'Lihatlah apakah hambaku memiliki shalat sunnah? Bila ia memiliki shalat sunnah, maka Allah berfirman, 'Sempurnakanlah untuk hamba-Ku dari kekurangannya itu dengan shalat sunnahnya.' Demikianlah semua ibadah akan menjalani perkara yang serupa."[HR. Abu Dawud, kitab ash-Shalaah, (hadits no. 864), at-Tirmidzi, kitab ash-Shalaah, (hadits no. 413). At-Tirmidzi berkomentar hadits ini hasan dan gharib dari jalur ini. An-Nasa-i, kitab ash-Shalaah, (hadits no. 465) dan Ahmad dalam Musnadnya, (II/290). Hadits ini dinyata-kan hasan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, (IV/159).]
Terus Bagaimana Caranya?
هل تصلى بأربع ركعات وتسليمة واحدة أم كل ركعتين بتسليمة ؟.
Lalu apakah Shalat Nafilah (Sunnah) itu apabila di kerjakan lebih dari empat reka’at menggunakan satu salam atau dua Salam?
ذهب جمهور العلماء إلى أن الأفضل في نافلة الليل والنهار أن تصلى ركعتين ركعتين ، بل ذهب بعض العلماء كالإمام أحمد إلى وجوب ذلك ، وأنها لا تصح إذا صلاها أكثر من ركعتين بتسليم واحد ، إلا الوتر لورود السنة الصحيحة بذلك .
Adapun menurut pendapat kebanyakan Ulama yang kuat menjelaskan bahwa shalat nafilah (shalat sunnah) yang dikerjakan siang ataupun malam itu dua reka’at, dua reka’at. Begitu juga menurut Ulama lain seperti Imam Ahmad bahkan mengatakan wajib dua reka’at, dua reka’at. Karena sesungguhnya Shalat sunnah bila mengerjakan dengan banyak itu harus dua reka’at satu salam, kecualai shalat witir baru diperbolehkan.
وقد استدلوا على هذا بحديث ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " صلاة الليل والنهار مثنى مثنى " . رواه الترمذي ( 597 ) وأبو داود ( 1295 ) والنسائي ( 1666 ) وابن ماجه ( 1322 ) .
Berdasarkan Hadist Ibnu Umar AR, mengabarkan : bahwa Nabi SAW pernah mensabdakan “Sesungguhnya shalat (sunnah) diwaktu malam dan siang itu di-duakan duakan”.[HR. Tirmizi no 597. HR. Abu Dawud no 1295. Nasa’i no 1666. Ibnu Majah no 1322].
Loh Bukankah Shalat Nafilah Mustanna (Dua Raka’at”) Itu Untuk Malam Saja? Tidak Juga...!
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَـمَّا كَبُرَ وَضَعُفَ اَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ لاَ يَقْعُدُ اِلاَّ فِى السَّادِسَةِ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلّمُ فَيُصَلّى السَّابِعَةَ ثُمَّ يُسَلّمُ تَسْلِيْمَةً. ابن هزم.
"Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW setelah lanjut usia dan lemah badannya, beliau berwitir dengan 7 rekaat dan tidak duduk kecuali pada rekaat yang ke 6 kemudian berdiri tanpa salam lalu menyelesaikan rekaat yang ke 7 kemudian bersalam dengan satu kali salam". [HR. Ibnu Hazm].
قَالَ سَعِيْدُ بْنُ هِشَامٍ لِعَائِشَةَ. اَنْبِئِيْنِى عَنْ وِتْرِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَتْ: كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُوْرَهُ فَيَبْعَثُهُ اللهُ مَتَى شَاءَ لَنْ اَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيْهَا اِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوْهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلّمُ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلّىالتَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوْهُ ثُمَّ يُسَلّمُ تَسْلِيْمًا. يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ فَتِلْكَ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ. اجمد ومسلم.
Said bin Hisyam telah bertanya kepada 'Aisyah RA : "Hendaklah engkau beritahukan kepadaku tentang shalat witir Rasulullah SAW". Jawab 'Aisyah : "Kami biasa menyediakan penggosok gigi dan air wudlu bagi Rasulullah SAW, lalu beliau bangun malam pada waktu yang dikehendaki oleh Allah, bukan sebab saya bangunkan. Kemudian beliau menggosok gigi dan berwudlu lalu shalat (witir) sembilan rekaat dan beliau tidak duduk (attahiyat) melainkan pada rekaat yang ke delapan, lalu beliau menyebut, memuji dan berdoa kepada Allah. Kemudian beliau bangun dengan tidak mengucap salam dan berdiri shalat (rekaat) yang ke sembilan, kemudian beliau duduk (attahiyat) menyebut, memuji dan berdoa kepada Allah; kemudian beliau mengucap salam sehingga terdengar oleh kami. Setelah itu beliau shalat 2 rekaat dengan duduk. Yang demikian itu jadi 11 rekaat hai anakku". [HR. Ahmad dan Muslim].
قال ابن حبان : وقوله صلى الله عليه وسلم " أربعا " : أراد به : بتسليمتين ؛ لأن في خبر يعلى بن عطاء عن علي بن عبد الله الأزدي عن ابن عمر قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم " صلاة الليل والنهار مثنى مثنى " . " صحيح ابن حبان " ( 6 / 206 ) ، وقال مثل هذا - في ( 6 / 231 )
Berkata Ibnu Hibban : yang di ucapkan oleh Nabi SAW kalimat “Empat” yang dimaksudkan dengan kata empat itu adalah dengan dua salam, pendapat ini berdasarkan dari Ya’la bin A’tho’ bin Abdillah Al-Azdi dari Ibnu Umar, bahwasannya Nabi SAW pernah mengatakan “Shalat diwaktu Malam, dan Shalat di waktu Siang adalah dua rekaat dua rekaat”. [Shahih Ibnu Hibban juz 6 hal 206, juga pada no 6-231].
Wallahu A’lam
Apasih Shalat Sunnah Itu?
حدثنا سليمان بن حرب قال حدثنا حماد بن زيد عن أيوب عن نافع عن ابن عمر رضي الله عنهما قال حفظت من النبي صلى الله عليه وسلم عشر ركعات ركعتين قبل الظهر وركعتين بعدها وركعتين بعد المغرب في بيته وركعتين بعد العشاء في بيته وركعتين قبل صلاة الصبح وكانت ساعة لا يدخل على النبي صلى الله عليه وسلم فيها حدثتني حفصة أنه كان إذا أذن المؤذن وطلع الفجر صلى ركعتين
Dari Ibnu Umar RA berkata :“Aku menghafal sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berupa shalat sunnah sepuluh raka’at yaitu; dua raka’at sebelum shalat zuhur, dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat maghrib di rumah beliau, dua raka’at sesudah shalat isya’ di rumah beliau, dan dua raka’at sebelum shalat subuh.” (HR. Al-Bukhari no. 937, 1165, 1173, 1180 dan Muslim no. 729. Fathul Bari No 1126). Kesimpulannya adalah Shalat sunnah, itu Shalat yang di kerjakan diluar Shalat Wajib (selain Shalat yang di fardukan).
Untuk Apasih Shalat Sunnah Itu?
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِـهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ اَلصَّلاَةُ، قَالَ: يَقُوْلُ رَبُّنَا -جَلَّ وَعَزَّ- لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: اُنْظُرُوْا فِيْ صَلاَةِ عَبْدِيْ، أَتَمَّهَا أَوْ نَقَصَهَا، فَإِنْ كَانَتْ تَامَّـةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كاَنَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: اُنْظُرُوْا هَلْ لِعَـبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كاَنَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوْا لِعَبْدِيْ فَرِيْضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ عَلَى ذَلِكَ.
"Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari Kiamat adalah shalatnya." Rasulullah SAW bersabda lagi, "Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya, sedangkan Ia lebih mengetahui, 'Lihatlah shalat hamba-Ku, sudahkah ia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat kekurangan?' Bila ibadahnya telah sempurna maka ditulis untuknya pahala yang sempurna pula. Namun bila ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman, 'Lihatlah apakah hambaku memiliki shalat sunnah? Bila ia memiliki shalat sunnah, maka Allah berfirman, 'Sempurnakanlah untuk hamba-Ku dari kekurangannya itu dengan shalat sunnahnya.' Demikianlah semua ibadah akan menjalani perkara yang serupa."[HR. Abu Dawud, kitab ash-Shalaah, (hadits no. 864), at-Tirmidzi, kitab ash-Shalaah, (hadits no. 413). At-Tirmidzi berkomentar hadits ini hasan dan gharib dari jalur ini. An-Nasa-i, kitab ash-Shalaah, (hadits no. 465) dan Ahmad dalam Musnadnya, (II/290). Hadits ini dinyata-kan hasan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, (IV/159).]
Terus Bagaimana Caranya?
هل تصلى بأربع ركعات وتسليمة واحدة أم كل ركعتين بتسليمة ؟.
Lalu apakah Shalat Nafilah (Sunnah) itu apabila di kerjakan lebih dari empat reka’at menggunakan satu salam atau dua Salam?
ذهب جمهور العلماء إلى أن الأفضل في نافلة الليل والنهار أن تصلى ركعتين ركعتين ، بل ذهب بعض العلماء كالإمام أحمد إلى وجوب ذلك ، وأنها لا تصح إذا صلاها أكثر من ركعتين بتسليم واحد ، إلا الوتر لورود السنة الصحيحة بذلك .
Adapun menurut pendapat kebanyakan Ulama yang kuat menjelaskan bahwa shalat nafilah (shalat sunnah) yang dikerjakan siang ataupun malam itu dua reka’at, dua reka’at. Begitu juga menurut Ulama lain seperti Imam Ahmad bahkan mengatakan wajib dua reka’at, dua reka’at. Karena sesungguhnya Shalat sunnah bila mengerjakan dengan banyak itu harus dua reka’at satu salam, kecualai shalat witir baru diperbolehkan.
وقد استدلوا على هذا بحديث ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " صلاة الليل والنهار مثنى مثنى " . رواه الترمذي ( 597 ) وأبو داود ( 1295 ) والنسائي ( 1666 ) وابن ماجه ( 1322 ) .
Berdasarkan Hadist Ibnu Umar AR, mengabarkan : bahwa Nabi SAW pernah mensabdakan “Sesungguhnya shalat (sunnah) diwaktu malam dan siang itu di-duakan duakan”.[HR. Tirmizi no 597. HR. Abu Dawud no 1295. Nasa’i no 1666. Ibnu Majah no 1322].
Loh Bukankah Shalat Nafilah Mustanna (Dua Raka’at”) Itu Untuk Malam Saja? Tidak Juga...!
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَـمَّا كَبُرَ وَضَعُفَ اَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ لاَ يَقْعُدُ اِلاَّ فِى السَّادِسَةِ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلّمُ فَيُصَلّى السَّابِعَةَ ثُمَّ يُسَلّمُ تَسْلِيْمَةً. ابن هزم.
"Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW setelah lanjut usia dan lemah badannya, beliau berwitir dengan 7 rekaat dan tidak duduk kecuali pada rekaat yang ke 6 kemudian berdiri tanpa salam lalu menyelesaikan rekaat yang ke 7 kemudian bersalam dengan satu kali salam". [HR. Ibnu Hazm].
قَالَ سَعِيْدُ بْنُ هِشَامٍ لِعَائِشَةَ. اَنْبِئِيْنِى عَنْ وِتْرِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَتْ: كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُوْرَهُ فَيَبْعَثُهُ اللهُ مَتَى شَاءَ لَنْ اَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيْهَا اِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوْهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلّمُ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلّىالتَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوْهُ ثُمَّ يُسَلّمُ تَسْلِيْمًا. يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ فَتِلْكَ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ. اجمد ومسلم.
Said bin Hisyam telah bertanya kepada 'Aisyah RA : "Hendaklah engkau beritahukan kepadaku tentang shalat witir Rasulullah SAW". Jawab 'Aisyah : "Kami biasa menyediakan penggosok gigi dan air wudlu bagi Rasulullah SAW, lalu beliau bangun malam pada waktu yang dikehendaki oleh Allah, bukan sebab saya bangunkan. Kemudian beliau menggosok gigi dan berwudlu lalu shalat (witir) sembilan rekaat dan beliau tidak duduk (attahiyat) melainkan pada rekaat yang ke delapan, lalu beliau menyebut, memuji dan berdoa kepada Allah. Kemudian beliau bangun dengan tidak mengucap salam dan berdiri shalat (rekaat) yang ke sembilan, kemudian beliau duduk (attahiyat) menyebut, memuji dan berdoa kepada Allah; kemudian beliau mengucap salam sehingga terdengar oleh kami. Setelah itu beliau shalat 2 rekaat dengan duduk. Yang demikian itu jadi 11 rekaat hai anakku". [HR. Ahmad dan Muslim].
قال ابن حبان : وقوله صلى الله عليه وسلم " أربعا " : أراد به : بتسليمتين ؛ لأن في خبر يعلى بن عطاء عن علي بن عبد الله الأزدي عن ابن عمر قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم " صلاة الليل والنهار مثنى مثنى " . " صحيح ابن حبان " ( 6 / 206 ) ، وقال مثل هذا - في ( 6 / 231 )
Berkata Ibnu Hibban : yang di ucapkan oleh Nabi SAW kalimat “Empat” yang dimaksudkan dengan kata empat itu adalah dengan dua salam, pendapat ini berdasarkan dari Ya’la bin A’tho’ bin Abdillah Al-Azdi dari Ibnu Umar, bahwasannya Nabi SAW pernah mengatakan “Shalat diwaktu Malam, dan Shalat di waktu Siang adalah dua rekaat dua rekaat”. [Shahih Ibnu Hibban juz 6 hal 206, juga pada no 6-231].
Wallahu A’lam
Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.
0 Response to "Apakah Shalat Sunnah 4/8 Roka’at Dengan 1 Salam?"
Post a Comment