Hukum memakai batu akik sekilas ini nampak perkara yang sederhana dan simpel, tetapi sebuah hukum syari’at bila mana di telusuri mendalam akan menjadi permasalahan yang memanjang dan seolah-olah menjadi perkara yang di sengketakan dari berbagai pihak. Disini mari kita kaji permasalahan seputar hukum cincin atau batu akik ini secara amanah tanpa ada kecondongan dari salah satu sumber hukum saja. Mari kita kaji bersama landasan dibawah ini :
Apakah Rasulullah SAW Pernah Memakai Cincin?
Rasulullah SAW yang menjadi contoh para sahab, Pertama Rasulullah menggunakan Cincin karena memang beliau membutuhkan untuk supaya Raja Romawi percaya bila surat yang dikirim memang dari Rasulullah, sebagaimana mereka tidak mau membaca apabila tidak ada stempel dari Rasulullah
Ketika Rasulullah hendak mengirim surat kepada Raja Romawi, Anas berkata : 'Para sahabat mengatakan bahwa mereka (orang-orang Romawi) tidak mau membaca surat tanpa stempel. Anas berkata : 'Karena itu Rasulullah membuat sebuah cincin dari perak. ' Aku seolah-olah masih melihat bagaimana cemerlangnya cincin itu di tangan beliau, tulisannya adalah 'Muhammad Rasulullah'. [HR. Muslim No.3902].
Ummu Khalid binti Khalid bin Sa'id dia berkata : saya mengunjungi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama ayahku, sedangkan aku tengah mengenakan baju berwarna kuning, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Bagus, bagus. Abdullah mengatakan; Menurut orang-orang Habsyah sanah artinya adalah hasan (bagus). Ummu Khalid berkata; Lalu aku beranjak untuk mempermainkan cincin kenabian beliau, maka ayahku langsung menghardikku, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Biarkanlah ia. Kemudian beliau bersabda: Pakailah (kain tersebut) semoga panjang umur (tidak cepat rusak) dan pakailah semoga panjang umur dan pakailah semoga panjang umur. Abdullah berkata; Dan pakaian tersebut masih ada bekasnya hingga ia pun menyebutkan dari sisa kain tersebut.[HR.bukhari No : 5534].
Hadist ini cukup untuk kita jadikan landasan, atau memastikan bahwa memang benar Rasulullah telah menggunakan cincin pada jarinya, dan semua sahabat telah mengetahui semua masalah ini, sehingga tidak ada perselisihan di antara para sahabat. Dan telah sepakat bahwa Rasulluh SAW memang memakai cincin.
Apakah Rasulullah Pernah Memakai Cincin Emas?
“Nabi shollallohu 'alaihi wasallam pernah memakai cincin dari emas, lalu membuangnya. Kemudian beliau memakai cincin dari perak yang terpahat di atasnya tulisan; 'Muhammad Rosululloh.' Beliau bersabda: "Seorangpun tidak boleh memahat tulisan pada cincin seperti yang ada pada cincinku ini. Dan beliau apabila memakainya beliau meletakan mata cincin tersebut di bawah telapak tangannya. Cincin itulah yang akhirnya jatuh ke dalam sumur Aris”. [HR Muslim, no.2091]. Lihat penjelasannya [1]
Ibnu Umar radhiallahu 'anhu berkata : "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memakai cincin dari emas, beliau menjadikan mata cincinnya bagian dalam ke arah telapak tangan, maka orang-orangpun memakai cincin. Lalu Nabi membuang cincin tersebut dan memakai cincin dari perak" [HR Al-Bukhari no 5865]
Rasulullah Membuang Cincin Emas karena melihat orang-orang memakai juga. Terdapat indikasi pelarangan dari Allah SWT. Karena memang Rasulullah akan menjadi contoh bagi ummatnya, teguran Allah turun. Terdapat dalam firman Allah SWT :
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.[Al A'raf Ayat 32].
Oleh karena itu Rasulullah sangat melarang keras bagi lelaki yang menggunakan Emas :
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melihat cincin dari emas di (jari) tangan seorang laki-laki. Lalu beliau melepaskannya dan membuangnya seraya bersabda : “Apakah salah seorang di antara kalian ada yang berani mengambil bara neraka lalu ia letakkan di tangannya ?”. Setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pergi, dikatakan kepada laki-laki itu : “Ambillah kembali dan manfaatkanlah cincin itu”. Laki-laki itu berkata : “Demi Allah, selamanya aku tidak akan mengambil kembali apa yang telah dibuang oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2090].
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ia berkata : “Pernah ada seorang laki-laki dari Bahrain ang datang menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan mengucapkan salam, namun beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menjawabnya karena di tangannya ada cincin yang terbuat dari emas….. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di tangan laki-laki itu terdapat bara api”. [Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy 2/290].
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat salah seorang sahabat memakai cincin dari emas, maka Nabipun berpaling darinya, lalu sahabat tersebut pun membuang cincin tersebut, lalu memakai cincin dari besi. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Ini lebih buruk, ini adalah perhiasan penduduk neraka". Maka sahabat tersebut pun membuang cincin besi dan memakai cincin perak. Dan Nabi mendiamkannya" [HR Ahmad 6518, Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrod no 1021. dan Ath-Thahawi dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 4-261. dan Ahmad Syaakir Syarh ‘alal-Musnad 6-80]
"Dari Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil kain sutra lalu meletakkannya di tangan kanan beliau, dan mengambil emas lalu beliau letakan di tangan kiri beliau, lalu beliau berkata : "Kedua perkara ini haram bagi kaum lelaki dari umatku" [HR Abu Dawud no 4057, An-Nasaai no 5144, dan Ibnu Maajah no 3595].
Al Barra` bin 'Azib radliallahu 'anhuma dia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami tujuh perkara yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah, mendo'akan orang yang bersin, menolong yang lemah, menolong orang yang terzhalimi, menebarkan salam dan menunaikan sumpah, dan beliau juga melarang minum dari bejana yang terbuat dari perak, mengenakan cincin emas, menaiki sekedup yang ditutupi dengan kain sutera, mengenakan kain sutera, dibaj, Qasiy dan Istabraq (sejenis kain sutera).[HR.bukhari No : 5754 dan No : 5766].
Imam Nawawi menjelaskan : "Adapun cincin emas maka hukumnya haram bagi lelaki menurut kesepakatan (ijmak para ulama), demikian pula jika sebagian cincin tersebut emas dan sebagiannya perak. Bahkan para ashaab (para ulama syafi'iyah) berkata jika seandainya mata cincinnya terbuat dari emas atau dipoles dengan sedikit emas maka hukumnya juga haram, berdasarkan keumuman hadits…."Sesungguhnya kedua perkara ini (kain sutra dan emas) haram bagi kaum lelaki dari umatku dan halal bagi kaum wanitanya" [Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14/32].
Apakah Cincin Rasulullah Ada Batu Akik-nya?
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub : Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Wahb Al Mishri : Telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid dari Ibnu Syihab : Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik ia berkata : Cincin Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbuat dari perak, sedangkan mata cincinnya terbuat dari batu Habasyi [HR Muslim No 3907]. Imam Nawawi menjelaskan dalam Syarah An-Nawawi :
Dikatakan oleh Imam Nawawi : Bahwa yang dimaksud dengan batu ‘Habasya’ para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan, “mata cincinya itu mata cincin Habasya” adalah batu yang berasal dari Habasyah. Artinya batu mata cincinya itu dari jenis batu marjan atau akik karena dihasilkan dari pertambangan batu di Habsyah dan Yaman. Pendapat lain mengatakan bahwa batu mata cincinya berwarna seperti warna kulit orang Habasyi, yaitu hitam.
Begitu juga terdapat dalam Shahih al-Bukhari riwayat dari Hamid dan Anas bin Malik yang menyatakan bahwa mata cincinya itu dari perak. Menurut Ibnu Abd al-Barr ini adalah yang paling sahih. Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa keduanya adalah sahih, dan Rasulullah saw pada suatu kesempatan memakai cincin yang matanya dari perak dan pada waktu lain memakain cincin yang matanya dari batu Habasyi. Sedang dalam riwayat lain dari akik.” [Muhyiddin Syarh an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Bairut-Dar Ihya` at-Turats al-‘Arabi, cet ke-2, 1392 H, juz, 14, h. 71]. Lihat pertimbangat penjelasan [2]
“Dan di dalam kitab al-Mufradat, ‘batu cincin yang berasal dari Habasyah’ adalah salah satu jenis zamrud yang terdapat di Habasya, warnanya hijau, bisa menjernihkan mata dan menerangkan pandangan” [Abdurrauf al-Munawi, Faidlul-Qadir, Bairut-Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet ke-1, 1451 H/1994 M, juz, 5, h. 216].
Lalu Bagaimana Hukum Memakai Cincin Yang Ada Batu Akik-nya?
Dalam Kitab al-Fath, Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari ‘Aisyah “Pakailah oleh kalian cincin akik karena ia adalah sahabat yang diberkahi”..Orang yang memakai cincin akik akan menemui setiap kebaikan dan disukai oleh para Malaikat, sebagian keistimewaan akik ia dapat menenangkan rasa takut saat terjadi perkelahian, meredakan darah yang memancar.
Dari Muhammad Ibn Zakaria al-Balkhi daro Fadhl Bin Hasan al-Juhdari dari Ya’qub Bin Walid al-Madani dari Hisyam dari ayahnya dari ‘Aisyah R.A. Lalu AL-‘Uqaily berkata “Tidak terdapat ketetapan apapun dari hadits ini”Ibn al-Jauzi dan Abdur Rauf Al-Munawi berkata, Ya’kub adalah pembohong dan ditinggalkan (riwayat hadiitsnya)
“Pakailah oleh kalian cincin akik maka ia dapat menafikan kefakiran”Dikatakan oleh pendapat Ulama “Yang dimaksud adalah memakai cincin yang matanya terbuat dari batu akik”. Ibn al-Atsiir berkata “Yang dikehendaki dari hadits tersebut adalah bila seseorang kehabisan harta, kemudian ia menjual cincin akiknya maka ia kembali memiliki harta”.
Namun bila meneliti redaksi hadits jelas menunjukkan pemakaiannya pada jemari tangan, bila hadits tersebut shahih maka akik memang memiliki keistimewaan sebagaimana ia tidak dapat terbakar dan berubah oleh api dan orang yang memakainya aman dari wabah, gampang mata pencahariannya, kuat hatinya, punya wibawa dimata orang dan memudahkan pada kebutuhan-kebutuhannya.[Al-Faidh al-Qadiir III-309].
Kalau Memang Sunnah Lalu Dipakai Pada Jari Yang Mana?
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Bilaal, dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah memakai cincin yang terbuat dari emas di jari kelingking tangan kanannya, hingga beliau pulang ke rumah beliau, lalu beliau membuangnya dan tidak memakainya lagi. Kemudian beliau memakai cincin dari perak dan memakainya di tangan kirinya. Begitu juga dengan Abu Bakr, ‘Umar bin Al-Khaththaab, ‘Aliy bin Abi Thaalib, Hasan, dan Husain radliyallaahu ‘anhum memakai cincin di tangan kiri mereka” [HR Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 4-142 dan Ar-Raafi’iy dalam At-Tadwiin 3/86].
Dari Hammaad bin Salamah, ia berkata : Aku pernah melihat Ibnu Abi Raafi’ memakai cincin di tangan kanannya. Lalu aku bertanya kepadanya perihal tersebut, lantas ia menjawab : “Aku pernah melihat ‘Abdullah bin Ja’far memakai cincin di tangan kanannya, dan‘Abdullah bin Ja’far berkata : ‘Dulu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memakai cincin di tangan kanannya” [HR At-Tirmidziy no. 1744, An-Nasaa’iy no. 5204, dan yang lainnya. At-Tirmidziy berkata : “Muhammad bin Ismaa’iil (Al-Bukhaariy) berkata : ‘Hadits ini adalah hadits yang paling shahih yang diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam bab ini”].
Dari Ash-Shalt bin ‘Abdillah bin Naufal, ia berkata : Aku pernah melihat Ibnu ‘Abbaas memakai cincin di tangan kanannya, dan aku tidak mempunyai perkiraan lain selain ia (Ibnu ‘Abbaas) berkata : “Aku pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memakai cincin di tangan kanan beliau” [HR Abu Daawud no. 4229, At-Tirmidziy no. 1742, dan yang lainnya. At-Tirmidziy berkata : “Hadits hasan shahih”].
Dari Anas, ia berkata : “Cincin Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam terletak di sini – ia (Anas) berisyarat ke jari kelingking tangan kirinya – “ [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2095, ‘Abd bin Humaid no. 1358, dan Al-Baihaqiy 4/142].
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :"Kaum muslimin telah berijmak akan sunnahnya lelaki memakai cincin di jari kelingking, adapun wanita maka boleh memakai cincin-cincin di jari-jari mereka. Mereka berkata hikmahnya memakai cincin di jari kelingking karena lebih jauh dari pengotoran cincin karena penggunaan tangan, karena jari kelingking letaknya di ujung, dan juga jari kelingking tidak mengganggu aktivitas tangan. Hal ini berbeda dengan jari-jari yang lainnya.
Dan dimakruhkan bagi seorang lelaki untuk memakai cincin di jari tengah dan juga jari yang setelahnya (jari telunjuk), dan hukumnya adalah makruh tanzih. Adapun memakai cincin di tangan kanan atau tangan kiri maka telah datang dua hadits ini, dan keduanya shahih" [Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14-71].
Lalu Yang Seperti Apa Dan Bagaimana Yang Di Larang?
Adapun yang di larang itu adalah yang tidak bagus, sebagaimana pendapat Imam syafi’i yang di nukil oleh situs NU, seperti berikut ini :
“Imam Syafii berkata dalam kitab al-Umm, saya tidak memakruhan laki-laki memakai mutiara kecuali karena terkait dengan etika dan mutiara itu termasuk dari aksesoris perempuan, bukan karena haram. Dan saya tidak memakrukan (laki-laki, pent) memakai yaqut atau zamrud kecuali jika berlebihan dan untuk menyombongkan (diri)”. (Muhammad Idris asy-Syafi’i, al-Umm, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1393 H, juz, 1, h. 221).
Karena memang ada nas yang jelas masalah ini, Firman Allah SWT : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [Al A’raaf 31].
Contoh yang berlebihan :
Wallahu A’lam.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Syarah Shohih Muslim Lin-Nawawi, Juz : 14 Hal : 68 – 69
[2] penjelasan dalam Fathul Bari :
Al-Hawi Lil-Fatawi, Juz : 1 Hal : 86 - 87
Penjelasan Rujukan : Lihat disini yang kami jadikan sebagai pendalilan dan sandaran, untuk Qoul dari Ulama salaf yang Mu'tabar.
Apakah Rasulullah SAW Pernah Memakai Cincin?
Rasulullah SAW yang menjadi contoh para sahab, Pertama Rasulullah menggunakan Cincin karena memang beliau membutuhkan untuk supaya Raja Romawi percaya bila surat yang dikirim memang dari Rasulullah, sebagaimana mereka tidak mau membaca apabila tidak ada stempel dari Rasulullah
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ لَمَّا أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى الرُّومِ قَالَ قَالُوا إِنَّهُمْ لَا يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخْتُومًا قَالَ فَاتَّخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِهِ فِي يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَقْشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
Ketika Rasulullah hendak mengirim surat kepada Raja Romawi, Anas berkata : 'Para sahabat mengatakan bahwa mereka (orang-orang Romawi) tidak mau membaca surat tanpa stempel. Anas berkata : 'Karena itu Rasulullah membuat sebuah cincin dari perak. ' Aku seolah-olah masih melihat bagaimana cemerlangnya cincin itu di tangan beliau, tulisannya adalah 'Muhammad Rasulullah'. [HR. Muslim No.3902].
حَدَّثَنَا حِبَّانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ خَالِدِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أُمِّ خَالِدٍ بِنْتِ خَالِدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَتْ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَبِي وَعَلَيَّ قَمِيصٌ أَصْفَرُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَنَهْ سَنَهْ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَهِيَ بِالْحَبَشِيَّةِ حَسَنَةٌ قَالَتْ فَذَهَبْتُ أَلْعَبُ بِخَاتَمِ النُّبُوَّةِ فَزَبَرَنِي أَبِي قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْهَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْلِي وَأَخْلِقِي ثُمَّ أَبْلِي وَأَخْلِقِي ثُمَّ أَبْلِي وَأَخْلِقِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَبَقِيَتْ حَتَّى ذَكَرَ يَعْنِي مِنْ بَقَائِهَا
Ummu Khalid binti Khalid bin Sa'id dia berkata : saya mengunjungi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama ayahku, sedangkan aku tengah mengenakan baju berwarna kuning, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Bagus, bagus. Abdullah mengatakan; Menurut orang-orang Habsyah sanah artinya adalah hasan (bagus). Ummu Khalid berkata; Lalu aku beranjak untuk mempermainkan cincin kenabian beliau, maka ayahku langsung menghardikku, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Biarkanlah ia. Kemudian beliau bersabda: Pakailah (kain tersebut) semoga panjang umur (tidak cepat rusak) dan pakailah semoga panjang umur dan pakailah semoga panjang umur. Abdullah berkata; Dan pakaian tersebut masih ada bekasnya hingga ia pun menyebutkan dari sisa kain tersebut.[HR.bukhari No : 5534].
Hadist ini cukup untuk kita jadikan landasan, atau memastikan bahwa memang benar Rasulullah telah menggunakan cincin pada jarinya, dan semua sahabat telah mengetahui semua masalah ini, sehingga tidak ada perselisihan di antara para sahabat. Dan telah sepakat bahwa Rasulluh SAW memang memakai cincin.
Apakah Rasulullah Pernah Memakai Cincin Emas?
اتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ، ثُمَّ أَلْقَاهُ، ثُمَّ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ، وَقَالَ: «لَا يَنْقُشْ أَحَدٌ عَلَى نَقْشِ خَاتَمِي هَذَا»، وَكَانَ إِذَا لَبِسَهُ جَعَلَ فَصَّهُ مِمَّا يَلِي بَطْنَ كَفِّهِ، وَهُوَ الَّذِي سَقَطَ مِنْ مُعَيْقِيبٍ فِي بِئْرِ أَرِيسٍ
“Nabi shollallohu 'alaihi wasallam pernah memakai cincin dari emas, lalu membuangnya. Kemudian beliau memakai cincin dari perak yang terpahat di atasnya tulisan; 'Muhammad Rosululloh.' Beliau bersabda: "Seorangpun tidak boleh memahat tulisan pada cincin seperti yang ada pada cincinku ini. Dan beliau apabila memakainya beliau meletakan mata cincin tersebut di bawah telapak tangannya. Cincin itulah yang akhirnya jatuh ke dalam sumur Aris”. [HR Muslim, no.2091]. Lihat penjelasannya [1]
اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَجَعَلَ فُصَّهُ مِمَّا يَلِي كَفَّهُ فَاتَّخَذَهُ النَّاسُ فَرَمَى بِهِ وَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ أَوْ فِضَّةٍ
Ibnu Umar radhiallahu 'anhu berkata : "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memakai cincin dari emas, beliau menjadikan mata cincinnya bagian dalam ke arah telapak tangan, maka orang-orangpun memakai cincin. Lalu Nabi membuang cincin tersebut dan memakai cincin dari perak" [HR Al-Bukhari no 5865]
Rasulullah Membuang Cincin Emas karena melihat orang-orang memakai juga. Terdapat indikasi pelarangan dari Allah SWT. Karena memang Rasulullah akan menjadi contoh bagi ummatnya, teguran Allah turun. Terdapat dalam firman Allah SWT :
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.[Al A'raf Ayat 32].
Oleh karena itu Rasulullah sangat melarang keras bagi lelaki yang menggunakan Emas :
عن عبدالله بن عباس؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى خاتما من ذهب في يد رجل. فنزعه فطرحه وقال (يعمد أحدكم إلى جمرة من نار فيجعلها في يده) فقيل للرجل، بعدما ذهب رسول الله صلى الله عليه وسلم: خذ خاتمك انتفع به. قال: لا. والله! لا آخذه أبدا. وقد طرحه رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melihat cincin dari emas di (jari) tangan seorang laki-laki. Lalu beliau melepaskannya dan membuangnya seraya bersabda : “Apakah salah seorang di antara kalian ada yang berani mengambil bara neraka lalu ia letakkan di tangannya ?”. Setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pergi, dikatakan kepada laki-laki itu : “Ambillah kembali dan manfaatkanlah cincin itu”. Laki-laki itu berkata : “Demi Allah, selamanya aku tidak akan mengambil kembali apa yang telah dibuang oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2090].
عن أبي سعيد الخدري قال: أقبل رجل من البحرين إلى النبي صلى الله عليه وسلم فسلم فلم يرد عليه وكان في يده خاتم من ذهب .. فقال صلى الله عليه وسلم: "إنه كان في يده جمرة من نار!.." قال فماذا أتختم: قال: "حلقة من حديد أو ورق أو صفر".
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ia berkata : “Pernah ada seorang laki-laki dari Bahrain ang datang menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan mengucapkan salam, namun beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menjawabnya karena di tangannya ada cincin yang terbuat dari emas….. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di tangan laki-laki itu terdapat bara api”. [Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy 2/290].
رَأَى عَلَى بَعْضِ أَصْحَابِهِ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فَأَعْرَضَ عَنْهُ فَأَلْقَاهُ وَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ فَقَالَ هَذَا شَرٌّ هَذَا حِلْيَةُ أَهْلِ النَّارِ فَأَلْقَاهُ فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ فَسَكَتَ عَنْهُ
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat salah seorang sahabat memakai cincin dari emas, maka Nabipun berpaling darinya, lalu sahabat tersebut pun membuang cincin tersebut, lalu memakai cincin dari besi. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Ini lebih buruk, ini adalah perhiasan penduduk neraka". Maka sahabat tersebut pun membuang cincin besi dan memakai cincin perak. Dan Nabi mendiamkannya" [HR Ahmad 6518, Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrod no 1021. dan Ath-Thahawi dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 4-261. dan Ahmad Syaakir Syarh ‘alal-Musnad 6-80]
عن عَلِي بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أنَّ النَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ حَرِيرًا فَجَعَلَهُ فِي يَمِينِهِ ، وَأَخَذَ ذَهَبًا فَجَعَلَهُ فِي شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ : ( إِنَّ هَذَيْنِ حَرَامٌ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي)
"Dari Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil kain sutra lalu meletakkannya di tangan kanan beliau, dan mengambil emas lalu beliau letakan di tangan kiri beliau, lalu beliau berkata : "Kedua perkara ini haram bagi kaum lelaki dari umatku" [HR Abu Dawud no 4057, An-Nasaai no 5144, dan Ibnu Maajah no 3595].
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ أَبِي الشَّعْثَاءِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ سُوَيْدِ بْنِ مُقَرِّنٍ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَتَشْمِيتِ الْعَاطِسِ وَنَصْرِ الضَّعِيفِ وَعَوْنِ الْمَظْلُومِ وَإِفْشَاءِ السَّلَامِ وَإِبْرَارِ الْمُقْسِمِ وَنَهَى عَنْ الشُّرْبِ فِي الْفِضَّةِ وَنَهَانَا عَنْ تَخَتُّمِ الذَّهَبِ وَعَنْ رُكُوبِ الْمَيَاثِرِ وَعَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالدِّيبَاجِ وَالْقَسِّيِّ وَالْإِسْتَبْرَقِ
Al Barra` bin 'Azib radliallahu 'anhuma dia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami tujuh perkara yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah, mendo'akan orang yang bersin, menolong yang lemah, menolong orang yang terzhalimi, menebarkan salam dan menunaikan sumpah, dan beliau juga melarang minum dari bejana yang terbuat dari perak, mengenakan cincin emas, menaiki sekedup yang ditutupi dengan kain sutera, mengenakan kain sutera, dibaj, Qasiy dan Istabraq (sejenis kain sutera).[HR.bukhari No : 5754 dan No : 5766].
وأما خاتم الذهب فهو حرام على الرجل بالاجماع وكذا لو كان بعضه ذهبا وبعضه فضة حتى قال أصحابنا لو كانت سن الخاتم ذهبا أو كان مموها بذهب يسير فهو حرام لعموم الحديث ... ان هذين حرام على ذكور أمتى حل لإناثها
Imam Nawawi menjelaskan : "Adapun cincin emas maka hukumnya haram bagi lelaki menurut kesepakatan (ijmak para ulama), demikian pula jika sebagian cincin tersebut emas dan sebagiannya perak. Bahkan para ashaab (para ulama syafi'iyah) berkata jika seandainya mata cincinnya terbuat dari emas atau dipoles dengan sedikit emas maka hukumnya juga haram, berdasarkan keumuman hadits…."Sesungguhnya kedua perkara ini (kain sutra dan emas) haram bagi kaum lelaki dari umatku dan halal bagi kaum wanitanya" [Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14/32].
Apakah Cincin Rasulullah Ada Batu Akik-nya?
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ الْمِصْرِيُّ أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كَانَ خَاتَمُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ وَرِقٍ وَكَانَ فَصُّهُ حَبَشِيًّا
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub : Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Wahb Al Mishri : Telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid dari Ibnu Syihab : Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik ia berkata : Cincin Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbuat dari perak, sedangkan mata cincinnya terbuat dari batu Habasyi [HR Muslim No 3907]. Imam Nawawi menjelaskan dalam Syarah An-Nawawi :
قوله (وكان فصه حبشيا) قال العلماء يعني حجرا حبشيا أي فصا من جزع أو عقيق فإن معدنهما بالحبشة واليمن وقيل لونه حبشي أي أسود وجاء في صحيح البخاري من رواية حميد عن أنس أيضا فصه منه قال بن عبد البر هذا أصح وقال غيره كلاهما صحيح وكان لرسول الله صلى الله عليه وسلم في وقت خاتم فصه منه وفي وقت خاتم فصه حبشي وفي حديث آخر فصه من عقيق قوله (في حديث طلحة بن يحيى وسليمان بن بلال عن يونس عن بن شهاب عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لبس خاتم فضة في يمينه)
Dikatakan oleh Imam Nawawi : Bahwa yang dimaksud dengan batu ‘Habasya’ para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan, “mata cincinya itu mata cincin Habasya” adalah batu yang berasal dari Habasyah. Artinya batu mata cincinya itu dari jenis batu marjan atau akik karena dihasilkan dari pertambangan batu di Habsyah dan Yaman. Pendapat lain mengatakan bahwa batu mata cincinya berwarna seperti warna kulit orang Habasyi, yaitu hitam.
Begitu juga terdapat dalam Shahih al-Bukhari riwayat dari Hamid dan Anas bin Malik yang menyatakan bahwa mata cincinya itu dari perak. Menurut Ibnu Abd al-Barr ini adalah yang paling sahih. Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa keduanya adalah sahih, dan Rasulullah saw pada suatu kesempatan memakai cincin yang matanya dari perak dan pada waktu lain memakain cincin yang matanya dari batu Habasyi. Sedang dalam riwayat lain dari akik.” [Muhyiddin Syarh an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Bairut-Dar Ihya` at-Turats al-‘Arabi, cet ke-2, 1392 H, juz, 14, h. 71]. Lihat pertimbangat penjelasan [2]
وَفِي الْمُفْرَدَاتِ نَوْعٌ مِنْ زَبَرْجَدَ بِبِلَادِ الْحَبْشِ لَوْنُهُ إِلَى الْخَضْرَةِ يُنَقِّي الْعَيْنَ وَيَجْلُو الْبَصَرَ
“Dan di dalam kitab al-Mufradat, ‘batu cincin yang berasal dari Habasyah’ adalah salah satu jenis zamrud yang terdapat di Habasya, warnanya hijau, bisa menjernihkan mata dan menerangkan pandangan” [Abdurrauf al-Munawi, Faidlul-Qadir, Bairut-Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet ke-1, 1451 H/1994 M, juz, 5, h. 216].
Lalu Bagaimana Hukum Memakai Cincin Yang Ada Batu Akik-nya?
وفي الفتح روى أحمد عن عائشة تخيموا بالعقيق فإنه واد مبارك....وقال في حديث له شأن من تختم بالعقيق (1) وفق لكل خير وأحبه الملكان ومن خواصه تسكين الروع عند الخصام ويقطع نزف الدم (عق) من حديث محمد ابن زكريا البلخي عن الفضل بن الحسن الجحدري عن يعقوب بن الوليد المدني عن هشام عن أبيه عن عائشة ثم قال أعني العقيلي : ولا يثبت في هذا شئ ، وقال ابن الجوزي وتبعه المؤلف يعقوب كذاب يضع....
Dalam Kitab al-Fath, Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari ‘Aisyah “Pakailah oleh kalian cincin akik karena ia adalah sahabat yang diberkahi”..Orang yang memakai cincin akik akan menemui setiap kebaikan dan disukai oleh para Malaikat, sebagian keistimewaan akik ia dapat menenangkan rasa takut saat terjadi perkelahian, meredakan darah yang memancar.
Dari Muhammad Ibn Zakaria al-Balkhi daro Fadhl Bin Hasan al-Juhdari dari Ya’qub Bin Walid al-Madani dari Hisyam dari ayahnya dari ‘Aisyah R.A. Lalu AL-‘Uqaily berkata “Tidak terdapat ketetapan apapun dari hadits ini”Ibn al-Jauzi dan Abdur Rauf Al-Munawi berkata, Ya’kub adalah pembohong dan ditinggalkan (riwayat hadiitsnya)
3264 (تختموا بالعقيق فإنه ينفي الفقر) قيل أراد به اتخاذ خاتم فصه من عقيق وقال ابن الأثير : يريد أنه إذا ذهب ماله باع خاتمه فوجد به غنى اه...
“Pakailah oleh kalian cincin akik maka ia dapat menafikan kefakiran”Dikatakan oleh pendapat Ulama “Yang dimaksud adalah memakai cincin yang matanya terbuat dari batu akik”. Ibn al-Atsiir berkata “Yang dikehendaki dari hadits tersebut adalah bila seseorang kehabisan harta, kemudian ia menjual cincin akiknya maka ia kembali memiliki harta”.
فدل السياق على أن المراد حقيقة التختم وهو جعله في الأصبع ولذا قال بعضهم الأشبه إن صح الحديث أن تكون لخاصية فيه كما أن النار لا توثر فيه ولا تغيره وأن من تختم به أمن من الطاعون وتيسرت له أمور المعاش ويقوى قلبه ويهابه الناس ويسهل عليه قضاء الحوائج.
Namun bila meneliti redaksi hadits jelas menunjukkan pemakaiannya pada jemari tangan, bila hadits tersebut shahih maka akik memang memiliki keistimewaan sebagaimana ia tidak dapat terbakar dan berubah oleh api dan orang yang memakainya aman dari wabah, gampang mata pencahariannya, kuat hatinya, punya wibawa dimata orang dan memudahkan pada kebutuhan-kebutuhannya.[Al-Faidh al-Qadiir III-309].
Kalau Memang Sunnah Lalu Dipakai Pada Jari Yang Mana?
أَخْبَرَنَاهُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو قَالا: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ وَهُوَ الأَصَمُّ، حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلالٍ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَخَتَّمَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فِي يَدِهِ الْيُمْنَى، عَلَى خِنْصَرِهِ، حَتَّى رَجَعَ إِلَى الْبَيْتِ، فَرَمَاهُ، فَمَا لَبِسَهُ، ثُمَّ تَخَتَّمَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ، فَجَعَلَهُ فِي يَسَارِهِ، وَأَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ، وَعُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، وَعَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، وَحَسَنًا، وَحُسَيْنًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ كَانُوا يَتَخَتَّمُونَ فِي يَسَارِهِمْ ".
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Bilaal, dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah memakai cincin yang terbuat dari emas di jari kelingking tangan kanannya, hingga beliau pulang ke rumah beliau, lalu beliau membuangnya dan tidak memakainya lagi. Kemudian beliau memakai cincin dari perak dan memakainya di tangan kirinya. Begitu juga dengan Abu Bakr, ‘Umar bin Al-Khaththaab, ‘Aliy bin Abi Thaalib, Hasan, dan Husain radliyallaahu ‘anhum memakai cincin di tangan kiri mereka” [HR Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 4-142 dan Ar-Raafi’iy dalam At-Tadwiin 3/86].
عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، قَالَ: رَأَيْتُ ابْنَ أَبِي رَافِعٍ يَتَخَتَّمُ فِي يَمِينِهِ، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ: رَأَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جَعْفَرٍ يَتَخَتَّمُ فِي يَمِينِهِ، وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَتَّمُ فِي يَمِينِهِ
Dari Hammaad bin Salamah, ia berkata : Aku pernah melihat Ibnu Abi Raafi’ memakai cincin di tangan kanannya. Lalu aku bertanya kepadanya perihal tersebut, lantas ia menjawab : “Aku pernah melihat ‘Abdullah bin Ja’far memakai cincin di tangan kanannya, dan‘Abdullah bin Ja’far berkata : ‘Dulu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memakai cincin di tangan kanannya” [HR At-Tirmidziy no. 1744, An-Nasaa’iy no. 5204, dan yang lainnya. At-Tirmidziy berkata : “Muhammad bin Ismaa’iil (Al-Bukhaariy) berkata : ‘Hadits ini adalah hadits yang paling shahih yang diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam bab ini”].
عَنْ الصَّلْتِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَوْفَلٍ، قَالَ: رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَتَخَتَّمُ فِي يَمِينِهِ، وَلَا إِخَالُهُ إِلَّا قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَتَّمُ فِي يَمِينِهِ
Dari Ash-Shalt bin ‘Abdillah bin Naufal, ia berkata : Aku pernah melihat Ibnu ‘Abbaas memakai cincin di tangan kanannya, dan aku tidak mempunyai perkiraan lain selain ia (Ibnu ‘Abbaas) berkata : “Aku pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memakai cincin di tangan kanan beliau” [HR Abu Daawud no. 4229, At-Tirmidziy no. 1742, dan yang lainnya. At-Tirmidziy berkata : “Hadits hasan shahih”].
عَنْ أَنَسٍ، قال: كَانَ خَاتَمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ وَأَشَارَ إِلَى الْخِنْصِرِ مِنْ يَدِهِ الْيُسْرَى
Dari Anas, ia berkata : “Cincin Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam terletak di sini – ia (Anas) berisyarat ke jari kelingking tangan kirinya – “ [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2095, ‘Abd bin Humaid no. 1358, dan Al-Baihaqiy 4/142].
وأجمع المسلمون على أن السنة جعل خاتم الرجل فى الخنصر وأما المرأة فانها تتخذ خواتيم فى أصابع قالوا والحكمة فى كونه فى الخنصر أنه أبعد من الامتهان فيما يتعاطى باليد لكونه طرفا ولأنه لايشغل اليد عما تتناوله من أشغالها بخلاف غير الخنصر ويكره للرجل جعله فى الوسطى والتى تليها لهذا الحديث وهى كراهة تنزيه وأما التختم فى اليد اليمنى أو اليسرى فقد جاء فيه هذان الحديثان وهما صحيحان
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :"Kaum muslimin telah berijmak akan sunnahnya lelaki memakai cincin di jari kelingking, adapun wanita maka boleh memakai cincin-cincin di jari-jari mereka. Mereka berkata hikmahnya memakai cincin di jari kelingking karena lebih jauh dari pengotoran cincin karena penggunaan tangan, karena jari kelingking letaknya di ujung, dan juga jari kelingking tidak mengganggu aktivitas tangan. Hal ini berbeda dengan jari-jari yang lainnya.
Dan dimakruhkan bagi seorang lelaki untuk memakai cincin di jari tengah dan juga jari yang setelahnya (jari telunjuk), dan hukumnya adalah makruh tanzih. Adapun memakai cincin di tangan kanan atau tangan kiri maka telah datang dua hadits ini, dan keduanya shahih" [Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14-71].
Lalu Yang Seperti Apa Dan Bagaimana Yang Di Larang?
Adapun yang di larang itu adalah yang tidak bagus, sebagaimana pendapat Imam syafi’i yang di nukil oleh situs NU, seperti berikut ini :
قَالَ الشَّافِعِيُّ- وَلَا أَكْرَهُ لِلرِّجَالِ لُبْسَ اللُّؤْلُؤِ إلَّا لِلْأَدَبِ وَأَنَّهُ مِنْ زِيِّ النِّسَاءِ لَا لِلتَّحْرِيمِ وَلَا أَكْرَهُ لُبْسَ يَاقُوتٍ أَوْ زَبَرْجَدٍ إِلَّا مِنْ جِهَةِ السَّرَفِ وَالْخُيَلَاءِ
“Imam Syafii berkata dalam kitab al-Umm, saya tidak memakruhan laki-laki memakai mutiara kecuali karena terkait dengan etika dan mutiara itu termasuk dari aksesoris perempuan, bukan karena haram. Dan saya tidak memakrukan (laki-laki, pent) memakai yaqut atau zamrud kecuali jika berlebihan dan untuk menyombongkan (diri)”. (Muhammad Idris asy-Syafi’i, al-Umm, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1393 H, juz, 1, h. 221).
Karena memang ada nas yang jelas masalah ini, Firman Allah SWT : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [Al A’raaf 31].
Contoh yang berlebihan :
Wallahu A’lam.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Syarah Shohih Muslim Lin-Nawawi, Juz : 14 Hal : 68 – 69
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة، وعمرو الناقد، ومحمد بن عباد، وابن أبي عمر، واللفظ لأبي بكر، قالوا: حدثنا سفيان بن عيينة، عن أيوب بن موسى، عن نافع، عن ابن عمر، قال: اتخذ النبي صلى الله عليه وسلم خاتما من ذهب، ثم ألقاه، ثم اتخذ خاتما من ورق ونقش فيه محمد رسول الله، وقال: «لا ينقش أحد على نقش خاتمي هذا»، وكان إذا لبسه جعل فصه مما يلي بطن كفه، وهو الذي سقط من معيقيب في بئر أريس
قوله (وكان إذا لبسه جعل فصه ممايلي بطن كفه) قال العلماء لم يأمر النبي صلى الله عليه وسلم في ذلك بشيء فيجوز جعل فصه في باطن كفه وفي ظاهرها وقد عمل السلف بالوجهين وممن اتخذه فى ظاهرها بن عباس رضي الله عنه قالوا ولكن الباطن أفضل اقتداء به صلى الله عليه وسلم ولأنه أصون لفصه وأسلم له وأبعد من الزهو والإعجاب
باب في خاتم الورق فصه حبشي
2094
حدثنا يحيى بن أيوب حدثنا عبد الله بن وهب المصري أخبرني يونس بن يزيد عن
ابن شهاب حدثني أنس بن مالك قال كان خاتم رسول الله صلى الله عليه وسلم من
ورق وكان فصه حبشيا قوله : ( وكان فصه حبشيا ) ، قال العلماء : يعني حجرا
حبشيا أي فصا من جزع أو عقيق ، فإن معدنهما بالحبشة واليمن . وقيل : لونه
حبشي أي أسود . وجاء في صحيح البخاري من رواية حميد عن أنس أيضا فصه منه .
قال ابن عبد البر : هذا أصح ، وقال غيره : كلاهما صحيح ، وكان لرسول الله [
ص: 259 ] صلى الله عليه وسلم في وقت خاتم فصه منه ، وفي وقت خاتم فصه حبشي
، وفي حديث آخر فصه من عقيق .
وحدثنا عثمان بن أبي شيبة
وعباد بن موسى قالا حدثنا طلحة بن يحيى وهو الأنصاري ثم الزرقي عن يونس عن
ابن شهاب عن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لبس خاتم فضة في
يمينه فيه فص حبشي كان يجعل فصه مما يلي كفه وحدثني زهير بن حرب حدثني
إسمعيل بن أبي أويس حدثني سليمان بن بلال عن يونس بن يزيد بهذا الإسناد مثل
حديث طلحة بن يحيى
الحاشية رقم: 1قوله في حديث طلحة بن
يحيى وسليمان بن بلال ( عن يونس عن ابن شهاب عن أنس رضي الله عنه أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم لبس خاتم فضة في يمينه ) . وفي حديث حماد بن سلمة
عن ثابت عن أنس : ( كان خاتم النبي صلى الله عليه وسلم في هذه ، وأشار إلى
الخنصر من يده اليسرى ) ، وفي حديث علي : ( نهاني صلى الله عليه وسلم أن
أتختم في أصبعي هذه أو هذه ، فأومأ إلى الوسطى والتي تليها ) ، وروي هذا
الحديث في غير مسلم : ( السبابة والوسطى ) وأجمع المسلمون على أن السنة جعل
خاتم الرجل في الخنصر ، وأما [ ص: 260 ] المرأة فإنها تتخذ خواتيم في
أصابع . قالوا : والحكمة في كونه في الخنصر أنه أبعد من الامتهان فيما
يتعاطى باليد ، لكونه طرفا ، ولأنه لا يشغل اليد عما تتناوله من أشغالها
بخلاف غير الخنصر ، ويكره للرجل جعله في الوسطى والتي تليها لهذا الحديث ،
وهي كراهة تنزيه . وأما التختم في اليد اليمنى أو اليسرى فقد جاء فيه هذان
الحديثان ، وهما صحيحان .
وقال الدارقطني : لم يتابع
سليمان بن بلال على هذه الزيادة ، وهي قوله : ( في يمينه ) . قال : وخالفه
الحافظ عن يونس ، مع أنه لم يذكرها أحد من أصحاب الزهري ، مع تضعيف إسماعيل
بن أبي أويس رواتها عن سليمان بن بلال ، وقد ضعف إسماعيل بن أبي أويس أيضا
يحيى بن معين والنسائي ، ولكن وثقه الأكثرون ، واحتجوا به ، واحتج به [ ص:
261 ] البخاري ومسلم في صحيحيهما ، وقد ذكر مسلم أيضا من رواية طلحة بن
يحيى مثل رواية سليمان بن بلال ، فلم ينفرد بها سليمان بن بلال ، فقد اتفق
طلحة وسليمان عليها .
وكون الأكثرين لم يذكروها لا يمنع صحتها ، فإن زيادة الثقة مقبولة . والله أعلم .
وأما
الحكم في المسألة عند الفقهاء فأجمعوا على جواز التختم في اليمين ، وعلى
جوازه في اليسار ، ولا كراهة في واحدة منهما ، اختلفوا أيتهما أفضل ؟ فتختم
كثيرون من السلف في اليمين ، وكثيرون في اليسار ، واستحب مالك اليسار ،
وكره اليمين . وفي مذهبنا وجهان لأصحابنا : الصحيح أن اليمين أفضل لأنه
زينة ، واليمين أشرف ، وأحق بالزينة والإكرام .
[2] penjelasan dalam Fathul Bari :
قوله : ( وكان فصه منه ) لا يعارضه ما أخرجه مسلم وأصحاب السنن من طريق ابن وهب عن يونس عن ابن شهاب عن أنس " كان خاتم النبي - صلى الله عليه وسلم - من ورق وكان فصه حبشيا " لأنه إما أن يحمل على التعدد وحينئذ فمعنى قوله حبشي أي كان حجرا من بلاد الحبشة ، أو على لون الحبشة ، أو كان جزعا أو عقيقا لأن ذلك قد يؤتى به من بلاد الحبشة ، ويحتمل أن يكون هو الذي فصه منه ونسب إلى الحبشة لصفة فيه إما الصياغة وإما النقش .
Al-Hawi Lil-Fatawi, Juz : 1 Hal : 86 - 87
وأما الفص فمباح للرجال وغيرهم، قال النووي في شرح المهذب: يجوز الخاتم بفص وبلا فص، ويجعل الفص من باطن كفه أو ظاهرها، وباطنها أفضل للأحاديث الصحيحة فيه انتهى، وأما فص خاتم النبي صلى الله عليه وسلم ففي صحيح البخاري أن فصه كان منه، وفي صحيح مسلم عن أنس قال: ( «كان خاتم النبي صلى الله عليه وسلم من ورق، وكان فصه حبشيا» ) فجمع بين الحديثين بالحمل على التعدد، وذكر في شرح قوله: وكان فصه حبشيا أنه حجر من بلاد الحبشة، وقيل جزع أو عقيق؛ لأن ذلك قد يؤتى به من بلاد الحبشة، ورأيت في المفردات في الطب لابن البيطار أنه صنف من الزبرجد
Penjelasan Rujukan : Lihat disini yang kami jadikan sebagai pendalilan dan sandaran, untuk Qoul dari Ulama salaf yang Mu'tabar.
Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.
Batu akik menjadi barang yang paling dicari saat ini. Termasuk saya :D
ReplyDeleteYang berminat batu akik bisa invite Pin BB 7E827BCE
ReplyDeleteAssalamualaikum
ReplyDeleteDulu cma pria penyuka batu akik, skarg wanita jg ikut2an..
Sebenarnya gpa2 kan ustad wanita pakai batu akik selama
Batu akik tersebut cm sbagai perhiasan..?
Wa'alaikum salam... Iya sangat tidak mengapa, karena perhiasan memang "Yambaghi" sesungguhnya lebih pantas untuk wanita.
Delete