Ketentuan Mahar Dalam Pernikahan

Ketentuan mahar atau mas kawin dalam pernikahan itu apa saja dapat kita gunakan? Mengingat hal ini masih banyak terjadi salah kapra di tengah-tengah masyarakat kita. Mengapasih kita masih membahas masalah mahar? Tentu saja karena ini akan kita temui dari waktu kewaktu, sedangkan mahar adalah ketetapan yang harus di lakukan dalam Islam, sebagaimana yang sudah termaktub dalam sebuah Nash Al-Qur’an. Silahkan baca : Bagaimana Hukum Mahar Dalam Pernikahan Apa Wajib?. Disini mari kita rincikan Apasih Ketentuan Mahar Dalam Pernikahan itu? Mari kita ketahui dari peristiwa masa Rasulullah :

عَنْ اَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ اَنَّهُ قَالَ: سَاَلْتُ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيّ ص: كَمْ كَانَ صَدَاقُ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَتْ: كَانَ صَدَاقُهُ لاَزْوَاجِهِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ اُوْقِيَّةً وَ نَشًّا. قَالَتْ: اَتَدْرِى مَا النَّشُّ؟ قَالَ: قُلْتُ: لاَ. قَالَتْ: نِصْفُ اُوْقِيَّةٍ.فَتِلْكَ خَمْسُمِائَةِ دِرْهَمٍ. فهَذَا صَدَاقُ رَسُوْلِ اللهِ ص لاَزْوَاجِهِ. مسلم 2: 1042

Dari Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Aisyah istri Nabi SAW, “Berapakah mahar Rasulullah SAW ?”. Ia menjawab, “Mahar beliau kepada isteri-isterinya adalah dua belas uqiyah lebih satu nasy”. Aisyah bertanya, “Tahukah kamu apakah nasy itu ?”. Aku menjawab, “Tidak”. Aisyah berkata, “Setengah uqiyah, jadi berarti lima ratus dirham”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1042]. Penjelasan : 1 uqiyah  adalah sama dengan 40 dirham. 12,5 uqiyah = 500 dirham. Ini artinya bahwa Rasulullah SAW memberikan mahar berupa uang.

Mahar ( Mas Kawin ) Selain Uang

عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ اَنَّ عَلِيًّا عَلَيْهِ السَّلاَمُ لَمَّا تَزَوَّجَ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا اَرَادَ اَنْ يَدْخُلَ بِهَا فَمَنَعَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص حَتَّى يُعْطِيَهَا شَيْئًا. فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَيْسَ لِيْ شَيْءٌ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ص: اَعْطِهَا دِرْعَكَ اْلحُطَمِيَّةَ، فَاَعْطَاهَا دِرْعَهُ، ثُمَّ دَخَلَ بِهَا. ابو داود 2: 240، رقم: 2126

Dari seorang laki-laki shahabat Nabi SAW, bahwasanya ‘Ali AS setelah menikahi Fathimah RA binti Rasulullah SAW, ketika ia ingin serumah dengannya, maka Rasulullah SAW mencegahnya sehingga ‘Ali memberinya sesuatu. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mempunyai apa-apa”. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Berikan baju besimu dari Huthamiyah itu kepadanya !”. Maka Ali memberikan baju besi itu kepada Fathimah, lalu ia serumah dengan Fathimah. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 240, no. 2126]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِيٌّ فَاطِمَةَ قَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَعْطِهَا شَيْئًا. قَالَ: مَا عِنْدِى شَيْءٌ. قَالَ: اَيْنَ دِرْعُكَ اْلحُطَمِيَّةُ؟ ابو داود 2: 240، رقم: 2125

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Tatkala ‘Ali menikah dengan Fathimah, maka Rasulullah SAW bersabda kepada ‘Ali, “Berilah ia sesuatu !”. ‘Ali menjawab, “Saya tidak punya apa-apa”. Rasulullah SAW bertanya, “Mana baju besimu dari Huthamiyah itu ?”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 240, no. 2125]. Dari peristiwa ini maka kita dapati bahwa Sayyidina Ali menikahi putri Rasulullah SAW dengan sebuah baju perang yang terbuat dari besi, dengan itu (baju besi) sayyidina Ali di perbolehkan menjadi serumah dengan siti Fatimah.

Mahar Dengan Emas

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص رَأَى عَلَى عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ اَثَرَ صُفْرَةٍ. فَقَالَ: مَا هذَا؟ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ. قَالَ: فَبَارَكَ اللهُ لَكَ، اَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ. مسلم 2: 1042

Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW melihat bekas kuning-kuning pada Abdurrahman bin ‘Auf, lalu beliau bertanya, “Apa ini ?”. Abdurrahman menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya baru saja menikahi seorang wanita dengan (mahar) emas seberat biji kurma”. Nabi SAW bersabda, “Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walau hanya dengan (memotong) seekor kambing”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1042]

Mahar Dengan Sepasang Sendal

عَنْ عَاصِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِى فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَ رَضِيْتِ مِنْ نَفْسِكِ وَ مَالِكِ بِنَعْلَيْنِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: فَاَجَازَهُ. الترمذى 2: 290، رقم: 1120، و قال حديث حسن صحيح

Dari ‘Ashim bin ‘Abdullah, ia berkata : Saya mendengar ‘Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya, bahwasanya pernah ada seorang wanita dari Bani Fazarah yang dinikah dengan (mahar) sepasang sandal, lalu Rasulullah SAW  bertanya, “Ridlakah kamu atas dirimu dan hartamu dengan (mahar) sepasang sandal ?”. Ia menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah SAW memperkenankannya”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 290, no. 1120, dan ia berkata : Hadits hasan shahih]

Mahar Dengan Tepung

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَنْ اَعْطَى فِي صَدَاقِ امْرَأَةٍ مِلْءَ كَفَّيْهِ سَوِيْقًا اَوْ تَمْرًا فَقَدِ اسْتَحَلَّ. ابو داود 2: 236، رقم: 2110

Dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa memberikan mahar kepada wanita berupa tepung gandum atau kurma sepenuh dua tapak tangannya, maka halallah wanita itu baginya”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 236, no. 2110, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Musa bin Muslim bin Ruman]

Mahar Dengan Mengajarkan Al-Quran

و فى رواية لمسلم: قَالَ: اِنْطَلِقْ، لَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا فَعَلّمْهَا مِنَ اْلقُرْانِ. مسلم 2: 1041

Dan dalam riwayat Imam Muslim di sebutkan : Nabi SAW bersabda, “Silahkan, sungguh aku telah menikahkan kamu dengannya, maka ajarilah dia dengan ayat-ayat Al-Qur’an”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1041][1]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ نَحْوَ هذِهِ الْقِصَّةِ لَمْ يَذْكُرِ الاِزَارَ وَالْخَاتَمَ فَقَالَ: مَا تَحْفَظُ مِنَ الْقُرْآنِ؟ قَالَ: سُورَةَ الْبَقَرَةِ اَوِ الَّتِى تَلِيهَا. قَالَ: فَقُمْ فَعَلّمْهَا عِشْرِيْنَ آيَةً وَهِىَ امْرَأَتُكَ. ابو داود 2: 236، رقم: 2112

Dari Abu Hurairah, sebagaimana kisah di atas, tetapi tidak menyebutkan izaar dan cincin kawin, beliau bertanya, “Apa yang kamu hafal dari Al-Qur’an ?”. Orang laki-laki itu menjawab, “Saya hafal surat Al-Baqarah dan surat berikutnya”. Beliau bersabda, “Berdirilah, ajarkanlah kepadanya dua puluh ayat, dan wanita itu menjadi istrimu”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 236, no. 2112].


Kesimpulan

Sifat mas kawin tidak di batasi oleh sebuah barang atau benda, dan tidak pula di tentukan jumlah minimal maupun maksimal. Definisi yang telah di tetapkan dalam sebuah mahar adalah “kemanfaatannya” bukan ukuran maupun keindahan. Berdasarkan :

ويجوز أن يكون منفعه كالخدمه وتعليم القرآن وغيرهما من المنافع المباحة لقوله عز وجل (إنى أريد أن أنكحك إحدى ابنتى هاتين على أن تأجرني ثمانى حجج) فجعل الرعى صداقا وزوج النبي صلى الله عليه وسلم الواهبة من الذى خطبها بما معه من القرآن

“Diperbolehkan mahar yang berupa kemanfaatan seperti pengkhidmahan dan mengajarkan al-Quran dan kemanfatan-kemanfatan lainnya, berdasarkan firman Allah “Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun” (QS. 28:27) dalam ayat tersebut pengkhidmahan berupa menggembala dijadikan mas kawin dan karena baginda Nabi Muhammad SAW. Menikahi wanita yang beliau pinang, juga ada yang hanya memakai sesuatu dari al-Quran” [Al-Majmuu’ ala Syarh al-Muhadzdzab 16/328]

Wallahu A’lam


-----------------------------------------------------------------------------------------------------
[1]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، جِئْتُ لاَهَبَ لَكَ نَفْسِيْ. فَنَظَرَ اِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ ص، فَصَعَّدَ النَّظَرَ اِلَيْهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ رَأْسَهُ. فَلَمَّا رَأَتِ الْمَرْأَةُ اَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيْهَا شَيْئًا جَلَسَتْ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِهِ فَقَالَ: اَيْ رَسُوْلَ اللهِ، اِنْ لَمْ تَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوّجْنِيْهَا، فَقَالَ: وَ هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَ: لاَ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: اِذْهَبْ اِلَى اَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا. فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: لاََ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا وَجَدْتُ شَيْئًا. قَالَ: اُنْظُرْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ. فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: لاَ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ وَ لكِنْ هذَا اِزَارِي. قَالَ سَهْلٌ مَا لَهُ رِدَاءٌ فَلَهَا نِصْفُهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا تَصْنَعُ بِاِزَارِكَ، اِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ وَ اِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ شَيْءٌ. فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى طَالَ مَجْلَسُهُ، ثُمَّ قَامَ. فَرَآهُ رَسُوْلُ اللهِ ص مُوَلّيًا، فَاَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ، فَلَمَّا جَاءَ قَالَ: مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْانِ؟ قَالَ: مَعِيْ سُوْرَةُ كَذَا وَ سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَةُ كَذَا، عَدَّدَهَا. قَالَ: اَتَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: اِذْهَبْ، فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْان. البخارى 6: 131

Dari Sahl bin Sa’ad bahwasanya ada seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW, wanita itu berdiri lalu berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku datang untuk menyerahkan diriku untukmu”. Maka Rasulullah SAW memperhatikan wanita tersebut, beliau melihatnya dari atas sampai ke bawah. Kemudian beliau menundukkan kepalanya. Setelah wanita itu mengetahui bahwa Rasulullah SAW tidak menghendakinya, lalu wanita itu duduk. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan berkata, “Ya Rasulullah, jika engkau tidak berminat kepadanya, maka nikahkanlah aku dengannya”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk maharnya) ?”. Ia menjawab, “Demi Allah, saya  tidak punya apa-apa, ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Pergilah kepada keluargamu, apakah kamu mendapatkan sesuatu”. Lalu laki-laki itu pergi. Kemudian ia kembali lalu berkata, “Demi Allah, tidak punya apa-apa ya Rasulullah, saya tidak mendapatkan sesuatupun”. Beliau bersabda, ”Lihatlah lagi, walaupun cincin dari besi”. Lalu laki-laki itu pergi. Kemudian ia kembali dan berkata, “Demi Allah, tidak punya apa-apa ya Rasulullah, tidak pula cincin dari besi, tetapi ini kain izarku”. Sahl berkata, laki-laki itu tidak punya ridaa’ (pakaian atas), maka wanita itu akan diberi separo izaarnya. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang akan kamu perbuat dengan kain izarmu ?”. Jika kamu yang memakainya, berarti istrimu tidak bisa memakainya, dan jika istrimu yang memakainya berarti kamu tidak bisa memakainya ?”. Lalu laki-laki tersebut duduk sampai lama. Kemudian laki-laki itu berdiri, lalu Rasulullah SAW melihatnya ia berpaling pergi, lalu beliau menyuruh supaya laki-laki itu dipanggil kembali. Setelah laki-laki itu datang, beliau bertanya, “Apakah kamu mempunyaii hafalan ayat-ayat Al-Qur’an ?”. Laki-laki itu menjawab, “Ya, saya hafal surat ini, surat ini dan surat ini”. Laki-laki itu menghitungnya. Nabi SAW bertanya lagi, “Maukah kamu membacakan ayat-ayat itu dengan hafalanmu ?”. Laki-laki itu menjawab, “Ya, mau”. Nabi SAW bersabda, “Silahkan, sungguh aku telah menikahkan kamu dengan wanita itu dengan mahar ayat-ayat Al-Qur’an yang ada padamu”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 131]

Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.

0 Response to "Ketentuan Mahar Dalam Pernikahan"

Post a Comment