Hukum Adopsi Anak Menurut Islam

Pertanyaan “Hukum Adopsi Anak” datang melalui pesan singkat, dan tidak menyebutkan nama, tapi itu bukan masalah. dari nomor  0852 1855 8xxx.  Pertanyaan : Assalamaualaikum... Saya mau tanya apa hukum anak angkat menurut islam... Bgmana juga dg hukum adopsi anak menurut syariat islam?

Jawaban : Wa’alaikum salam wr.wb... Hukum mengadopsi anak itu Boleh, selama tidak melanggar hal-hal yang dilarang syara' seperti terjadinya Ikhtilat, dan “pengakuan Nasab” pada Anak Tersebut. [ fatawy zain hal 194 ].

Bolehnya Mengasuh Anak

التبني بمعنى التربية والرعاية ذلك هو التبني الذي هو أبطله الإسلام هو الذي يضم فيه الرجل طفلا إلى نفسه يعلم أنه ولد غيره ومع هذا يلحقه بنسبه وأسرته ويثبت له كل أحكام النبوة وأثارها من إباحة إحتلاط وحرمة زواج واستحقاق ميراث، وهناك نوع يظنه الناس تبنيا وليس هو بالتبني الذي حرمه الإسلام وذلك أن يضم الرجل إليه طفلا يتيما أو لقيطا ويجعله كابنه في الحنو عليه والعناية به والتربية له فيحضنه ويطعمه ويكسوه ويعلمه ويعامله كأنه إبنه من صلبه ومع هذا لم ينسبه لنفسه ولم يثبت له أحكام النبوة المذكورة فهذا أمر محمود في دين الله يستحق صاحبه عليه المثوبة في الجنة. الحلال والحرام في الإسلام ص : ٢١٨

Maksudnya : jika yang dimaksud mengadopsi adalah memelihara anak orang lain dan menjadikan nasabnya ke orang yang memelihara, maka hal itu tidak boleh, karena sudah merusak nasab seseorang. Misal nama aslinya Rofi’i bin Akhyar, lalu di-aktekan dan diumumkan menjadi Rofi’i bin Abdul Somat, padahal Abdul Somat bukanlah ayah aslinya, hanya yang mengadopsi (memelihara)nya, maka seperti ini haram. Jika mengadopsi hanya dimaknai memelihara anak orang lain dan tidak merubah nasab ayah ibunya ke pemelihara, serta tidak dianggap seperti anak sendiri / tetap bukan mahrom (tidak berhaq waritsan, haram ihthilat dll), maka hal itu tentu dianjurkan. [Al Halal wal Harom fil Islam hlm 218]

وإذا أرضعت المرأة بلبنها ولدا سواء شرب في حياتها أو بعد موتها وكان محلوبا في حياتها صار الرضيع ولدها بشرطين أحدهما أن يكون له دون الحولين بالأهلة____والشرط الثاني أن ترضعه أى المرضعة خمس رضعات متفرقة. الباجوري ٢/١٨١

Maksudnya : Dan anak adopsi bisa menjadi mahrom bila disusui oleh ibu pengadopsi dengan catatan anak tersebut belum berumur 2 tahun dan tidak kurang dari 5 kali susuan. [ Al Bajuri 2/181 ]. Baca lebih lengkap bisa di baca pada : Hukum Suami Menyusu Kepada Istri

Larangan Merubah Nasab

Adapun larangan merubah nasab di atas tentu saja karena terdapat nas yang jelas, baiklah kami akan menyampaikan sekilas apa yang menjadi landasan pelarangan tersebut. Firman Allah SWT :

مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ ۚ وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ ۚ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ ۖ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).(QS al-Ahzaab: 4).

وقوله : ( وما جعل أدعياءكم أبناءكم ) : هذا هو المقصود بالنفي; فإنها نزلت في شأن زيد بن حارثة مولى النبي صلى الله عليه وسلم ، كان النبي صلى الله عليه وسلم قد تبناه قبل النبوة ، وكان يقال له : " زيد بن محمد " فأراد الله تعالى أن يقطع هذا الإلحاق وهذه النسبة بقوله : ( وما جعل أدعياءكم أبناءكم ) كما قال في أثناء السورة : ( ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين وكان الله بكل شيء عليما ) [ الأحزاب : 40 ] وقال هاهنا : ( ذلكم قولكم بأفواهكم ) يعني : تبنيكم لهم قول لا يقتضي أن يكون ابنا حقيقيا ، فإنه مخلوق من صلب رجل آخر ، فما يمكن أن يكون له أبوان ، كما لا يمكن أن يكون للبشر الواحد قلبان .

Imam Ibnu Katsir berkata, “Sesungguhnya ayat ini turun (untuk menjelaskan) keadaan Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelum diangkat sebagai Nabi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkatnya sebagai anak, sampai-sampai dia dipanggil “Zaid bin Muhammad” (Zaid putranya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam), maka Allah Ta’ala ingin memutuskan pe-nisbatan anak ini dan pe-nisbatannya (kepada selain ayah kandungnya) dalam ayat ini, sebagaimana juga firman-Nya di pertengahan surah al-Ahzaab,

مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا {40}

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.al-Ahzab:40)

وقوله : ( ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ) ، نهى [ تعالى ] أن يقال بعد هذا : " زيد بن محمد " أي : لم يكن أباه وإن كان قد تبناه ، فإنه ، صلوات الله عليه وسلامه ، لم يعش له ولد ذكر حتى بلغ الحلم; فإنه ولد له القاسم ، والطيب ، والطاهر ، من خديجة فماتوا صغارا ، وولد له إبراهيم من مارية القبطية ، فمات أيضا رضيعا ، وكان له من خديجة أربع بنات : زينب ، ورقية ، وأم كلثوم ، وفاطمة ، رضي الله عنهم أجمعين ، فمات في حياته ثلاث وتأخرت فاطمة حتى أصيبت به ، صلوات الله وسلامه عليه ، ثم ماتت بعده لستة أشهر .

Ibn Katsir berkata, “Setelah turun ayat ini, Allah melarang ada panggilan Zaid bin Muhammad, yakni beliau bukanlah ayahnya sekali pun telah mengangkatnya sebagai anak (adopsi). Sebab tida satu pun anak laki-laki beliau yang hidup hingga berusia baligh. Anak laki-laki beliau adalah al-Qasim, ath-Thayyib dan ath-Thahir dari rahim Khadijah. Mereka semua meninggal dunia ketika masih kecil, lalu lahir lagi anak laki-laki beliau dari rahim Mariah al-Qibthiyyah tetapi juga meninggal dunia saat masih menyusui. Sementara anak perempuan beliau dari pernikahannya dengan Khadijah adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Ketika beliau masih hidup, tiga orang anak perempuannya ini meninggal dunia lebih dahulu, sementara Fathimah meninggal dunia enam bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW.”[Tafsir Ibnu Katsir]. Baca juga Istri Rasulullah SAW Secara lengkap.

Kesimpulan

Dapat kita fahami bersama, jadi untuk mengadopsi anak adalah boleh, bahkan sangat di anjurkan. Tetapi manakala hingga mau merubah nasab anak itu kepada pe-ngadopsi hingga dianggap sebagai ahli warist, maka hal semacam itu tidak di perbolehkan, hal ini terdapat dalil yang jelas.  Mudah-mudahan bisa difahami.
Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.

0 Response to "Hukum Adopsi Anak Menurut Islam"

Post a Comment