Sejarah Khulafaur Rasyidin Fakta Dibalik Wasiat Rasulullah

الخلفاء الراشدون
Muhammad tidak mengucapkan sesuatu dari hawa nafsunya kecuali yang diucapkannya itu adalah wahyu yang diwahyukan. (Q.S. Al-Najm : 3-4). Sungguh maha benar Allah dan Rasulnya, semua apa yang di ucapkan Rasulullah tidak pernah salah atau meleset, telah banyak bukti yang kita dapati, namun terkadang hal itu tidak membuat kita semakin berpikir cerdas melaikan mengabaikan begitu saja. Rasulullah yang sangat menyayangi ummatnya, tetapi ummatnya banyak yang mengabaikan, Rasulullah selalu memberikan peringatan terhadap kita supaya menjadi orang selamat didunia maupun di Akhirat kelak, tetapi tidak sedikit diantara kita yang terpeleset kepada arus baru yang membuat kita terlepas dari kebenaran, Rasulullah berwasiat kepada kita ikutilah “Khulafaur Rasyidin” maka kita akan selamat. Dalam banyak Riwayat diantaranya adalah dari

Ibnu Majah :

حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ السَّوَّاقُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُولُ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ سنن ابن ماجه ٤٣

'Irbadl bin Sariyah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi kami satu nasehat yang membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka kami berkata kepada beliau; "Ya Rasulullah, sesungguhnya ini merupakan nasihat perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya."[Sunan Ibnu Majah 43].

Sunan Tirmidzi :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ عَنْ بَحِيرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ سنن الترمذي ٢٦٠٠

Dari jalur lain : 'Irbadh bin Sariyah dia berkata; suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi wejangan kepada kami setelah shalat subuh wejangan yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka seorang lelaki berkata; 'seakan-akan ini merupakan wejangan perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami ya Rasulullah? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta'at meskipun terhadap seorang budak habasyi, sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham."[Sunan Tirmidzi 2600]. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih.

Musnad Ahmad :

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلاَمِىْ اَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْباَضَ بْنَ سَارِيَّةِ قَالَ وَعَظَناَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتـِىْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْمُهْدِيِّـْينَ (مسند احمد بن حنبل ص 16519 )

Dari Abdur Rohman bin Amr al-Sulami, Sesungguhnya ia mendengar al-Irbadh bin Sariyah berkata, Rasulullah SAW. menasehati kami, Kalian wajib berpegang teguh pada sunnahku (apa yang aku ajarkan) dan sunnah Khulafa’ al-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk.[Musnad Ahmad Bin Hambal, 16519].

Lalu Kapan Masa Khulafaur Rasyidin Itu?

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ ، حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ ، حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ ، قَالَ : كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ ، فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ ، فَقَالَ : يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ ، أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ ؟ فَقَالَ حُذَيْفَةُ : أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ ، فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ ، فَقَالَ حُذَيْفَةُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا ، فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً ، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ " . ثُمَّ سَكَتَ . قَالَ حَبِيبٌ : فَلَمَّا قَامَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ ، وَكَانَ يَزِيدُ بْنُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ فِي صَحَابَتِهِ ، فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ بِهَذَا الْحَدِيثِ أُذَكِّرُهُ إِيَّاهُ ، فَقُلْتُ لَهُ : إِنِّي أَرْجُو أَنْ يَكُونَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ ، يَعْنِي عُمَرَ ، بَعْدَ الْمُلْكِ الْعَاضِّ وَالْجَبْرِيَّةِ ، فَأُدْخِلَ كِتَابِي عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ ، فَسُرَّ بِهِ ، وَأَعْجَبَهُ .

Telah berkata Hudaifah : Rasulullah SAW bersabda :“Adalah masa (1) - Nubuwwah "Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian", adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa (2) - Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian) adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa (3) - Mulkan ‘Adldlon (Kerajaan yang menggigit), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa (4) - Mulkan Jabbariyah (Kerajaan yang sombong), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa (5) - Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah (Khilafah yang menempuh jejak kenabian).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” [Musnad Ahmad Bin Hambal, 18031].

1 - Masa Kenabian (Kepemimpinan Para Nabi)

كَانَتْ بَنُوْاِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ الأَْنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَنَبِيَّ بَعْدِيْ وَسَيَكُوْنُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُوْنَ قَالُوْا فَمَاتَأْمُرُنَا قَالَ فُوْابِبَيْعَةِ الأَْوَّلِ فَالأَْوَّلِ أَعْطُوْهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّااسْتَرْ عَاهُمْ (رواه البخارى)

“Dahulu bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang nabi diganti oleh Nabi lainnya, dan sesudahku ini tiad ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami ? Beliau bersabda “Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguhnya Allah akan menanyakan apa yang digembalakannya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Al-Bukhari dalam Kitab Bad’ul Khalqi : IV/206). Baca Selengkapnya

2 - Masa Khilafah A’la Minhaji Nubuwah

عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُمْهَانَ قَالَ حدثني سَفِينَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ وَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ خِلاَفَةَ عَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ بَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُو الزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ.

“Sa’id bin Jumhan berkata: “Safinah menyampaikan hadits kepadaku, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda: “Pemerintahan Khilafah pada umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu dipimpin oleh pemerintahan kerajaan.” Lalu Safinah berkata kepadaku: “Hitunglah masa kekhilafahan Abu Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12 tahun).” Safinah berkata lagi kepadaku: “Tambahkan dengan masa khilafahnya Ali (6 tahun). Ternyata semuanya tiga puluh tahun.” Sa’id berkata: “Aku berkata kepada Safinah: “Sesungguhnya Bani Umayah berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka.” Safinah menjawab: “Mereka (Bani Umayah) berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang tergolong seburuk-buruk para raja”. [HR. Ahmad No 20910, dan at-Tirmidzi No 2152]. Baca Selengkapnya

-    Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A  (11 – 13 H/632 –634 M) Masa Kepemimpinan (2 tahun)
-    Khalifah Umar bin Khathab R.A ( 13 – 23 H/634 – 644 M) Masa Kepemimpinan (10 tahun)
-    Khalifah Ustman Bin Affan R.A. (23 –35 H/644 – 656 M) Masa Kepemimpinan (12 tahun)
-    Khalifah Ali Bin Abi Thalib R.A. (35 – 41 H/656 –661 M) Masa Kepemimpinan (6 tahun)

3 - Masa Mulkan ‘Adldlon (kerajaan Yang Menggigit)

Sejak Muawiyah bin Abi Sofyan memegang kekuasaan dan dipengaruhi oleh sistem pemerintahan Konstantinepal dan Persia, sistem kekhilafahan bergeser menjadi sistem kerajaan (Mulkan) dimana pengangkatan khalifah (raja) secara turun temurun (sistem keturunan) dan sebutan khalifah hanya istilah saja. Mulkan ‘Adldlon terbagi menjadi dua periodi yaitu : (1) - Dinasti Bany Ummayah dengan 14 dinasti (raja/keturunan) mulai dari Mua’wiyah bin Abi Sofyan tahun 40 H/660 M  sampai dengan Marwah bin Muhammad 132 H/750 M atau selama 90 tahun. (2) - Dinasti Bany Ab-basiyyah dengan 37 dinasti (raja/keturunan) dimulai dari Abul Ab-bas As Safah 132 H/749 M sampai dengan Al Mu’tasim  1258 M atau selama 509 tahun. Baca Selengkapnya

4 - Masa Mulkan Jabbariyah (Kerajaan yang Sombong)

Setelah mulkan Adldlon tumbang, kepemimpinan muslimin bergeser kepada mulkan Jabbariyah (kerajaan yang sombong) walaupun meraka itu masih menamakan diri sebagai khalifah dan gelar rajanya disebut sulthan . Pada fase ini muslimin kejayaan dan kemajuan muslimin diukur dengan keberhasilah duniawi; kemakmuran, kemewahan dan kemegahan hidup, telah menghiasi kehidupan muslimin.

Masa Mulkan Jabbariyah atau disebut juga Dinasti Turki Ustmani dimulai dari Ustman bin Er Thaghrhol (th. 1290-1326 M) sampai dengan Sulthan Muhammad VI (th.1919-1923 M) dengan 36 dinasti (raja/keturunan) atau selama 633 tahun. Pada tgl. 3 Maret 1924, Mustofa Kemal Fasha Attaturk sebagai anggota Free Masonry Gerakan Yahudi Internasional) melancarkan revolusi di Turki, yang akhirnya  Dinasti Turki Ustmani tumbang, dan jadilah Turki sebagai Negara Republik.  Sejak runtuhnya Sulthan Muhammad Vi, maka tidak ada lagi kepemimpinan sentral di dunia, baik dalam bentuk khalifah maupun mulkan, yang ada adalah kepemimpinan Nasionalis dalam bentuk Negara Islam hingga saat ini. Baca Selengkapnya

5 - Masa Khilafah A’la Minhaji An-Nubuwah (Masa Imam Mahdi)

حَدَّثَنَا حَمْزَةُ بْنُ عَلِيٍّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، حَدَّثَنَا قَاسِمٌ ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، حَدَّثَنَا عَاصِمٌ ، عَنْ زِرٍّ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " لا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي "

“Dunia ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.”[HR. Tirmidzi no. 2230, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan pula oleh ‘Ali, Abu Sa’id, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah]. Maksud bahwa orang tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga. Ath Thibi mengatakan, “Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan.”[Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Abu Thayyib, 11/250].

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ

”Sekelompok dari umatku ada yang akan terus membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah ’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata, ”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab, ”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin). Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.”[HR. Muslim no. 156].

يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ

“Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.”[HR. Ibnu Majah no.4083]. Baca Selengkapnya

Kesimpulan : Maka Jadilah Orang Selamat

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِيْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا كُنَّا فِى جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ « نَعَمْ » فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ « نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ ». قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ « قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ ». فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ « نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا. قَالَ « نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ فَمَا تَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ « تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ ». فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ « فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ ».

Hudzaifah bin al-Yaman radiyallahu ‘anh berkata: “Orang-orang selalu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama tentang kebaikan. Tapi aku selalu bertanya tentang keburukan, karena khawatir menjumpainya. Aku berkata: “Ya Rasulullah, dulu kami hidup dalam jahiliah dan keburukan, lalu Allah memberikan kebaikan kepada kami. Apakah setelah kebaikan ini ada keburukan?” Beliau menjawab: “Ya.” Aku berkata: “Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan.” Beliau menjawab: “Ya, tetapi ada keruhnya.” Aku berkata: “Apa keruhnya?” Beliau menjawab: “ Kaum yang tidak mengikuti jejakku, kamu mengenal mereka dan menginkari.” Aku berkata: “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?” Beliau menjawab: “Ya, para pengajak di pintu-pintu Jahanam.

Barang siapa yang menerima ajakan mereka, maka akan dilempar ke dalamnya.” Aku berkata: “Ya Rasulullah, terangkan sifat mereka kepada kami.” Beliau menjawab: “Secara lahiriah mereka dari golongan kita dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku berkata: “Apa perintahmu kepadaku jika aku menjumpainya?” Beliau menjawab: “Ikuti jamaah kaum Muslimin dan imamnya.” Aku berkata: “Jika mereka tidak lagi berjamaah dan tidak memiliki imam?” Beliau menjawab: “Jauhi aliran-aliran itu seluruhnya, meskipun kamu harus menggigit akar pohon, hingga maut menjemputmu dan kamu bersamanya.” [HR. al-Bukhari  No 7084, dan Muslim No 4890].


Catatan : Artikel ini masih belum selesai, masih akan kami lengkapi dan "Baca selengkapnya" masih belum fungsi yakni belum kami isi link aktif, terimakasih sudah membacanya.
Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.

0 Response to "Sejarah Khulafaur Rasyidin Fakta Dibalik Wasiat Rasulullah"

Post a Comment