Memakai Mukna atau Rukuh ini adalah suatu jalan menuju sah-nya shalat bagi kaum hawa, tetapai yang perlu diperhatikan adalah apakah sang muslimah sudah benar menggunakan atau memakainya? Hal ini masih banyak terjadi di tengah-tengah kita ketika memakai mukna waktu shalat masih ada anggota yang tidak tertutup, hal itu sangat banyak faktor yang memicunya antara lain :
1 karna terjadinya ketidak sengajaan terbuka waktu dalam shalat hal ini terjadi karna dua pemicu (a) memakai mukna yang sudah sempurna mukna-nya tetapi asal-asalan dalam pemakaian-nya. (b) Memilih atau membeli mukna yang tidak sesuai standart penutupan Aurat, yakni dalam ukuran-nya maupun mukna yang dipilih hanya karena trend masakini.
2 Membiarkan sedikit terbuka demi mengikuti modis, makna terbuka disini juga terbagi pada beberapa bagian, (a) terbuka karena didominasi oleh bordir yang menghiasi mukna sehingga mukna terkesan berlubang-lubang / nerawang karna bordiran-nya. (b) terbuka tapi tertutup. Hal ini bisa di sebabkan oleh bahan atau kain yang di gunakan untuk mukna, sehingga ketika dipakai bisa menunjukkan simbol-simbol lekuk tubuh yang seharusnya hal ini tidak boleh terjadi.
Maka dari itu perhatikanlah ketika memilih bahan mukna, terlebih dalam penggunaan muknah ketika hendak shalat, Utamakan fadilah daripada mendahulukan trend atau modis di mata sekeliling kita, karena shalat urusannya Ubudiyah bukan acara pertunjukan atau gaya-gaya’an. bila memakai mukna mendahulukan modis maka tidak menutup kemungkinan akan merembet ke jalan riya’. Sebab dalam hatinya akan timbul perasa’an “iniloh mukna saya model terbaru..!” jangan sampai itu terjadi.
Lalu Bagaimana Memakai Mukna Yang Benar?
Pada umumnya para muslimah dalam memakai mukena/rukuh ketika shalat, masih ada yang tidak tertutup, terutama yang memakai mukena potongan. Anggota badan yang tidak tertutup biasanya adalah bagian bawah dagu, pergelangan tangan saat diangkat dan betis bagi wanita ketika ia sujud.
Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Syafi’i, dalam shalat perempuan wajib menutup anggota badannya, selain wajah dan tangan sampai pergelangan, dengan perkara yang dapat menyembunyikan warna anggata badan tersebut. Anggota badannya harus tidak nampak ketika dilihat dari segala arah, kecuali dari bawah. Maka misalnya seorang perempuan melakukan shalat di tempat tinggi, dan bagian yang harus ditutupi nampak dari bawah, maka hal ini tidak berakibat batalnya shalat. Dalam Hasyiah Al-Jamal; 1/409 disebutkan:
(و) ثالثها (ستر عورة) ولو خاليا في ظلمة (بما) أي : بجرم (يمنع إدراك لونها) من أعلى (وجوانب) لها لا من أسفلها فلو رئيت من ذيله كأن كان بعلو والرائي أسفل لم يضر ذلك.
Namun demikian, jika bagian yang wajib ditutupi itu terlihat dari bawah saat ia rukuk atau sujud, maka hal ini dapat membatalkan shalat, sebab nampaknya bagian tersebut bukan dari bawah, sebab yang dimaksud shalat tidak batal ketika bagian yang wajib ditutupi telihat dari bawah adalah nampak dari bawah baju yang menutupi aurat secara umum. Dalam Bughyatul Mustarsyidin; 51 disebutkan:
يشترط الستر من أعلاه وجوانبه لا من أسفله الضمير فيها عائد إما على الساتر أو المصلي، والمراد بأعلاه على كلا المعنيين في حق الرجل السرة ومحاذيها، وبأسفله الركبتان ومحاذيهما، وبجوانبه ما بين ذلك، وفي حق المرأة بأعلاه ما فوق رأسها ومنكبيها وسائر جوانب وجهها، وبأسفله ما تحت قدميها، وبجوانبه ما بين ذلك، وحينئذ لو رؤي صدر المرأة من تحت الخمار لتجافيه عن القميص عند نحو الركوع، أو اتسع الكمّ بحيث ترى منه العورة بطلت صلاتها، فمن توهم أن ذلك من الأسفل فقد أخطأ، لأن المراد بالأسفل أسفل الثوب الذي عم العورة، أما ما ستر جانبها الأعلى فأسفله من جانب العورة بلا شك كما قررناه
Hal ini juga berlaku pada nampaknya pergelangan tangan saat diangkat, betis dan telapak kaki saat sujud. Dalam Hasyiah Jamal; 1/411 disebutkan:
(قوله غير وجه وكفين ) شمل ما لو كان الثوب ساترا لجميع القدمين وليس مماسا لباطن القدم فيكفي الستر به لكون الأرض تمنع إدراك باطن القدم فلا تكلف لبس نحو خف خلافا لما توهمه بعض ضعفة الطلبة لكن يجب تحرزها في سجودها وركوعها عن ارتفاع الثوب عن باطن القدم فإنه مبطل فتنبه له ا هـ ع ش على م ر
Sedangkan untuk bagian bawah dagu yang nampak, maka ini jelas membatalkan karena ia adalah bagian yang wajib ditutupi saat shalat, dalam Qurratul ‘Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan:
وقد وقع كثيرا انكشاف ما تحت الذقن من بدن المرأة حال صلاتها وطوافها فهل تعذر في ذلك لكونه من أسفل أم يضر ذلك أفتونا رحمكم الله فالمسألة واقعة حال فأقول وبالله التوفيق :انكشاف ما تحت الذقن من بدن المرأة في حال الصلاة والطواف يضر فيكون مبطلا للصلاة والطواف
Dalam masalah terbukanya pergelangan tangan dari arah bawah saat tangan lurus kebawah (tidak dalam keadaan diangkat) menurut kitab Al-I’ab dan pendapat imam Romli hukum shalatnya diangap sah. Dalam Bughyatul Mustarsyidin; 51 disebutkan:
قال في حاشية الكردي وفي الإمداد: ويتردد النظر في رؤية ذراع المرأة من كمها مع إرسال يدها، استقرب في الإيعاب عدم الضرر، بخلاف ما لو ارتفعت اليد، ويوافقه في ما في فتاوى
Selain itu menurut pendapat madzhab Hanafi, terlihatnya bagian anggota tubuh yang wajib ditutupi, apabila tidak melebihi seperempat, maka tidak membatalkan shalat. Dalam Minah al-Jalil; 1/452 disebutkan:
( وَبَدَنُ الْحُرَّةِ كُلُّهَا عَوْرَةٌ , إلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا ) لِقَوْلِهِ عليه الصلاة والسلام { الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ مَسْتُورَةٌ } وَاسْتِثْنَاءُ الْعُضْوَيْنِ لِلِابْتِلَاءِ بِإِبْدَائِهِمَا . قَالَ رضي الله عنه : وَهَذَا تَنْصِيصٌ عَلَى أَنَّ الْقَدَمَ عَوْرَةٌ , وَيُرْوَى أَنَّهَا لَيْسَتْ بِعَوْرَةٍ وَهُوَ الْأَصَحُّ . ( فَإِنْ صَلَّتْ وَرُبْعُ سَاقِهَا أَوْ ثُلُثُهُ مَكْشُوفٌ تُعِيدُ الصَّلَاةَ ) عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَمُحَمَّدٍ رحمهما الله ( وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْ الرُّبْعِ لَا تُعِيدُ , وَقَالَ أَبُو يُوسُفَ رحمه الله : لَا تُعِيدُ إنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْ النِّصْفِ ) لِأَنَّ الشَّيْءَ إنَّمَا يُوصَفُ بِالْكَثْرَةِ إذَا كَانَ مَا يُقَابِلُهُ أَقَلَّ مِنْهُ
Menurut salah satu pendapat dalam madzhab Maliki, terlihatnya bagian-bagian tersebut dalam shalat tidak menyebabkan batalnya shalat karena bagian itu bukan termasuk aurat dalam shalat. Dalam Inarah Ad-Duja; 92 disebutkan:
قلت والمعول عند المالكية في العورة المطلوب سترها عن الأعين إلى أن قال وأن العورة عندهم بالنسبة للصلاة ولو في خلوة إما مغلظة أو مخففة إلى أن قال...والمغلظة من الحرة بطنها وساقاها وما بينهما وما حاذى ذلك من خلفها والمخففة منها صدرها وما والاه من خلفها وأطرافها كظهور قدميها وذراعيها وشعرها وكفيها وما فوق منحرها فتعيد لكشف شيء من المغلظة وجوبا أبدا إلا الساق فتعيد لكشفه ندبا في الوقت على الظاهر خلافا للزرقاني القائل بأنها تعيد في الساق أبدا وجوبا وتعيد لكشف شيء من المخففة ندبا في الوقت وأما كوعها فليس من عوراتها وبطون قدميها وإن كان من عورتها لا تعيد لهما
Oleh karenanya, bagi wanita muslimah yang menggunakan mukena dengan resiko terlihatnya aurat sebagaimana dimaksud dalam pertanyaan, diharapkan merubah cara pemakiannya sehingga dapat menutup semua auratnya atau dalam kondisi terpaksa dapat mengikuti beberapa pendapat sebagaimana penjelasan diatas. Dalam Qurratul ‘Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan:
وأما عند غيرهم كالسادة الحنفية والسادة المالكية فإن ما تحت الذقن ونحوه لا يعد كشفه من المرأة مبطلا للصلاة كما يعلم ذلك من عبارات كتب مذاهبهم وحينئذ لو وقع ذلك من العاميات اللاتي لم يعرفن كيفية التقيد بمذهب الشافعية فإن صلاتهن صحيحة لان العامي لا مذهب له وحتى من العارفات بمذهب الشافعي إذا أردن تقليد غير الشافعي ممن يرى ذلك فإن صلا تهن تكون صحيحة لأن أهل المذاهب الأربعة كلهم على هدى فجزاهم الله عنا خير الجزاء وبذلك يعلم أن هذه المسألة التي وقع السؤال عنها هي في موضع خلاف بين ائمة المذاهب وليست من المجمع عليه والحمد لله الذي جعل في الأمور سعة
Bersambung.....
1 karna terjadinya ketidak sengajaan terbuka waktu dalam shalat hal ini terjadi karna dua pemicu (a) memakai mukna yang sudah sempurna mukna-nya tetapi asal-asalan dalam pemakaian-nya. (b) Memilih atau membeli mukna yang tidak sesuai standart penutupan Aurat, yakni dalam ukuran-nya maupun mukna yang dipilih hanya karena trend masakini.
2 Membiarkan sedikit terbuka demi mengikuti modis, makna terbuka disini juga terbagi pada beberapa bagian, (a) terbuka karena didominasi oleh bordir yang menghiasi mukna sehingga mukna terkesan berlubang-lubang / nerawang karna bordiran-nya. (b) terbuka tapi tertutup. Hal ini bisa di sebabkan oleh bahan atau kain yang di gunakan untuk mukna, sehingga ketika dipakai bisa menunjukkan simbol-simbol lekuk tubuh yang seharusnya hal ini tidak boleh terjadi.
Maka dari itu perhatikanlah ketika memilih bahan mukna, terlebih dalam penggunaan muknah ketika hendak shalat, Utamakan fadilah daripada mendahulukan trend atau modis di mata sekeliling kita, karena shalat urusannya Ubudiyah bukan acara pertunjukan atau gaya-gaya’an. bila memakai mukna mendahulukan modis maka tidak menutup kemungkinan akan merembet ke jalan riya’. Sebab dalam hatinya akan timbul perasa’an “iniloh mukna saya model terbaru..!” jangan sampai itu terjadi.
Lalu Bagaimana Memakai Mukna Yang Benar?
Pada umumnya para muslimah dalam memakai mukena/rukuh ketika shalat, masih ada yang tidak tertutup, terutama yang memakai mukena potongan. Anggota badan yang tidak tertutup biasanya adalah bagian bawah dagu, pergelangan tangan saat diangkat dan betis bagi wanita ketika ia sujud.
Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Syafi’i, dalam shalat perempuan wajib menutup anggota badannya, selain wajah dan tangan sampai pergelangan, dengan perkara yang dapat menyembunyikan warna anggata badan tersebut. Anggota badannya harus tidak nampak ketika dilihat dari segala arah, kecuali dari bawah. Maka misalnya seorang perempuan melakukan shalat di tempat tinggi, dan bagian yang harus ditutupi nampak dari bawah, maka hal ini tidak berakibat batalnya shalat. Dalam Hasyiah Al-Jamal; 1/409 disebutkan:
(و) ثالثها (ستر عورة) ولو خاليا في ظلمة (بما) أي : بجرم (يمنع إدراك لونها) من أعلى (وجوانب) لها لا من أسفلها فلو رئيت من ذيله كأن كان بعلو والرائي أسفل لم يضر ذلك.
Namun demikian, jika bagian yang wajib ditutupi itu terlihat dari bawah saat ia rukuk atau sujud, maka hal ini dapat membatalkan shalat, sebab nampaknya bagian tersebut bukan dari bawah, sebab yang dimaksud shalat tidak batal ketika bagian yang wajib ditutupi telihat dari bawah adalah nampak dari bawah baju yang menutupi aurat secara umum. Dalam Bughyatul Mustarsyidin; 51 disebutkan:
يشترط الستر من أعلاه وجوانبه لا من أسفله الضمير فيها عائد إما على الساتر أو المصلي، والمراد بأعلاه على كلا المعنيين في حق الرجل السرة ومحاذيها، وبأسفله الركبتان ومحاذيهما، وبجوانبه ما بين ذلك، وفي حق المرأة بأعلاه ما فوق رأسها ومنكبيها وسائر جوانب وجهها، وبأسفله ما تحت قدميها، وبجوانبه ما بين ذلك، وحينئذ لو رؤي صدر المرأة من تحت الخمار لتجافيه عن القميص عند نحو الركوع، أو اتسع الكمّ بحيث ترى منه العورة بطلت صلاتها، فمن توهم أن ذلك من الأسفل فقد أخطأ، لأن المراد بالأسفل أسفل الثوب الذي عم العورة، أما ما ستر جانبها الأعلى فأسفله من جانب العورة بلا شك كما قررناه
Hal ini juga berlaku pada nampaknya pergelangan tangan saat diangkat, betis dan telapak kaki saat sujud. Dalam Hasyiah Jamal; 1/411 disebutkan:
(قوله غير وجه وكفين ) شمل ما لو كان الثوب ساترا لجميع القدمين وليس مماسا لباطن القدم فيكفي الستر به لكون الأرض تمنع إدراك باطن القدم فلا تكلف لبس نحو خف خلافا لما توهمه بعض ضعفة الطلبة لكن يجب تحرزها في سجودها وركوعها عن ارتفاع الثوب عن باطن القدم فإنه مبطل فتنبه له ا هـ ع ش على م ر
Sedangkan untuk bagian bawah dagu yang nampak, maka ini jelas membatalkan karena ia adalah bagian yang wajib ditutupi saat shalat, dalam Qurratul ‘Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan:
وقد وقع كثيرا انكشاف ما تحت الذقن من بدن المرأة حال صلاتها وطوافها فهل تعذر في ذلك لكونه من أسفل أم يضر ذلك أفتونا رحمكم الله فالمسألة واقعة حال فأقول وبالله التوفيق :انكشاف ما تحت الذقن من بدن المرأة في حال الصلاة والطواف يضر فيكون مبطلا للصلاة والطواف
Dalam masalah terbukanya pergelangan tangan dari arah bawah saat tangan lurus kebawah (tidak dalam keadaan diangkat) menurut kitab Al-I’ab dan pendapat imam Romli hukum shalatnya diangap sah. Dalam Bughyatul Mustarsyidin; 51 disebutkan:
قال في حاشية الكردي وفي الإمداد: ويتردد النظر في رؤية ذراع المرأة من كمها مع إرسال يدها، استقرب في الإيعاب عدم الضرر، بخلاف ما لو ارتفعت اليد، ويوافقه في ما في فتاوى
Selain itu menurut pendapat madzhab Hanafi, terlihatnya bagian anggota tubuh yang wajib ditutupi, apabila tidak melebihi seperempat, maka tidak membatalkan shalat. Dalam Minah al-Jalil; 1/452 disebutkan:
( وَبَدَنُ الْحُرَّةِ كُلُّهَا عَوْرَةٌ , إلَّا وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا ) لِقَوْلِهِ عليه الصلاة والسلام { الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ مَسْتُورَةٌ } وَاسْتِثْنَاءُ الْعُضْوَيْنِ لِلِابْتِلَاءِ بِإِبْدَائِهِمَا . قَالَ رضي الله عنه : وَهَذَا تَنْصِيصٌ عَلَى أَنَّ الْقَدَمَ عَوْرَةٌ , وَيُرْوَى أَنَّهَا لَيْسَتْ بِعَوْرَةٍ وَهُوَ الْأَصَحُّ . ( فَإِنْ صَلَّتْ وَرُبْعُ سَاقِهَا أَوْ ثُلُثُهُ مَكْشُوفٌ تُعِيدُ الصَّلَاةَ ) عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ وَمُحَمَّدٍ رحمهما الله ( وَإِنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْ الرُّبْعِ لَا تُعِيدُ , وَقَالَ أَبُو يُوسُفَ رحمه الله : لَا تُعِيدُ إنْ كَانَ أَقَلَّ مِنْ النِّصْفِ ) لِأَنَّ الشَّيْءَ إنَّمَا يُوصَفُ بِالْكَثْرَةِ إذَا كَانَ مَا يُقَابِلُهُ أَقَلَّ مِنْهُ
Menurut salah satu pendapat dalam madzhab Maliki, terlihatnya bagian-bagian tersebut dalam shalat tidak menyebabkan batalnya shalat karena bagian itu bukan termasuk aurat dalam shalat. Dalam Inarah Ad-Duja; 92 disebutkan:
قلت والمعول عند المالكية في العورة المطلوب سترها عن الأعين إلى أن قال وأن العورة عندهم بالنسبة للصلاة ولو في خلوة إما مغلظة أو مخففة إلى أن قال...والمغلظة من الحرة بطنها وساقاها وما بينهما وما حاذى ذلك من خلفها والمخففة منها صدرها وما والاه من خلفها وأطرافها كظهور قدميها وذراعيها وشعرها وكفيها وما فوق منحرها فتعيد لكشف شيء من المغلظة وجوبا أبدا إلا الساق فتعيد لكشفه ندبا في الوقت على الظاهر خلافا للزرقاني القائل بأنها تعيد في الساق أبدا وجوبا وتعيد لكشف شيء من المخففة ندبا في الوقت وأما كوعها فليس من عوراتها وبطون قدميها وإن كان من عورتها لا تعيد لهما
Oleh karenanya, bagi wanita muslimah yang menggunakan mukena dengan resiko terlihatnya aurat sebagaimana dimaksud dalam pertanyaan, diharapkan merubah cara pemakiannya sehingga dapat menutup semua auratnya atau dalam kondisi terpaksa dapat mengikuti beberapa pendapat sebagaimana penjelasan diatas. Dalam Qurratul ‘Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan:
وأما عند غيرهم كالسادة الحنفية والسادة المالكية فإن ما تحت الذقن ونحوه لا يعد كشفه من المرأة مبطلا للصلاة كما يعلم ذلك من عبارات كتب مذاهبهم وحينئذ لو وقع ذلك من العاميات اللاتي لم يعرفن كيفية التقيد بمذهب الشافعية فإن صلاتهن صحيحة لان العامي لا مذهب له وحتى من العارفات بمذهب الشافعي إذا أردن تقليد غير الشافعي ممن يرى ذلك فإن صلا تهن تكون صحيحة لأن أهل المذاهب الأربعة كلهم على هدى فجزاهم الله عنا خير الجزاء وبذلك يعلم أن هذه المسألة التي وقع السؤال عنها هي في موضع خلاف بين ائمة المذاهب وليست من المجمع عليه والحمد لله الذي جعل في الأمور سعة
Bersambung.....
Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.
Aslmkm ustad,
ReplyDeleteSekarang kan lagi model mukena bali, mukena warna warni dengan berbagai motif.. Klu dulu mukena dah umum berwarna putih. Nah bagaimana hukumnya memakai mukena yg warna warni full motif ustad.. Apakah boleh ataukah ada larangannya ustad?
Makasih..
Wassalam
Wa'alaikum salam Wr.Wb.
DeleteUkhti Saidah. Hukum Shalatnya tetap sah asal aurat tertutupi semua, walaupun mukna-nya berwarna-warni. Tetapi hukum memakai warna-warninya ini yang berdempetan dengan ancaman, bisa anda baca lengkapnya disini Bagaimana Hukum Memakai Mukna Warna Warni. terlebih ini untuk kostum beribadah, maka akan terlepas dari mendapatkan fadhilah shalat. Allahu A’lam
Brarti lebih disarankan memakai warna putih ya ustad?
DeleteKlu pakai gamis dan jilbab dalam shalat bleh g ustad?
Iya sangat di sarankan pada warna putih, sebagaimana dalam banyak riwayat Nabi bahwa tanda ahli Surga adalah menyukai warna putih, begitu juga pada penduduk langit yang selalu menampakkan diri di hadapan Rasulullah menggunakan warna putih.
DeleteAdapun shalat menggunakan gamis dan jilbab saja, boleh atau tidak? Dalam pandangan Madzhab Syafi'iyah untuk menuju sahnya shalat salah satunya adalah tertutup semua kecuali telapak tangan dan wajah.
Lalu bagaimana gamis dengan jilbab? apakah gamisnya menutupi semua anggota badan termasuk ketika saat kita melakukan pergerakan seperti saat Ruku' dan Sujud, apakah masih menutupi semua aurat? mungkin saja gamisnya harus yang panjang seperti gaun pengantin baru boleh.
tetapi bagaimana dengan Jilbabnya? tetap harus di perhatikan, apakah penggunaan jilbab-nya menutupi semua? fokuskan dan perhatikan pada bagian dagu. Sesungguhnya ini bisa masuk ke area aman apabila
(a) ia adalah seorang musyafir yang hendak shalat tetapi tidak menemukan mukna, maka tidak menggunakan mukna tidak mengapa tetapi tetep harus diperhatikan auratnya.
(b) ia seorang yang amat fakir, sehingga memang tidak ada lagi mukna yang mau di pakai, maka boleh hal itu dilakukan shalat hanya menggunakan gamis. tetapi apabila masih ada mukna maka lebih utama dan lebih aman memakai mukna.
Owh tidak boleh ya kelihatan dagu.. Trma kasih ustd infonya bagi saya yg msh awam ini.. sangat bermanfaat sekali..
Deletelike :D
ReplyDeleteMau tanya ustad, dluaar topik artikel.. Apa hukumnya mencabut uban? katanya ada hadist yg tdk memperbolehkan mencabut uban.
ReplyDeleteDini : Iya ada sebagian ulama yang menilai hadist ini sebagai dalil pengharaman :
Deleteحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ، فَإِنَّهُ نُورُ الْمُسْلِمِ، مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَكَفَّرَ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً، وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً "
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Janganlah kalian mencabut uban, karena ia adalah cahaya seorang muslim. Barangsiapa yang ditumbuhi uban dalam Islam, Allah akan tulis dengannya kebaikan, akan Allah tutup dengannya kesalahan, dan akan Allah angkat dengannya satu derajat” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 2/210; shahih].
Tetapi di kalangan Ulama Madzhab seperti Malikiyah, Syafi'iyah, ataupun Hanabilah sebatas di makruhkan saja, sebagaimana seperti hukum meroko'. silahkan baca penjelasannya di sini : Bagaimana Hukum Mencabut Uban
Assalamua alaikum wr.wb
ReplyDeleteSaya mau betanya apakah sah sholatnya bagian bawah dagunya kelihatan tetapi saat itu dia lupa untuk menutupnya tetapi setelah dia selesai sholat berjamaah dia baru menyadari bagian dagunya kelihatan sebelumdia sholat diabener2 lupa tetapi setelah selesai sholat dia baru menyadarinya bagaimana hukum sholatnya sekian terimakasih.