Dakwah Itu Apasih Dan Tujuannya Kemana?

Pernyataan yang muncul dikalangan pemikir seringkali timbul atau muncul “sesungguhnya untuk apasih mereka berdakwah?”. Demikian pula mereka menafsiri kata dakwah ini berbeda-beda sesuai pemahaman individu mereka. Tidak dapat dipungkiri karena terdapat segolongan ada yang berdakwah di atas kepentingan pribadi yang terdapat materi dipelupuk mata, ada juga yang melakukan demi kepentingan organisasinya, ketenaran serta pengembangan sayap dalam paham ajarannya. Pada dasarnya dakwah tiada tujuan lain selain mencari Ridla Allah SWT, dalam Firmannya ditegaskan :

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)

Para ulama mufasir berbeda pendapat seputar asbab an-nuzul (turunnya ayat ini). Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah.[Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi,  Mawaqi’ At-Tafasir ,Mesir, hal. 440. Dan .Lihat juga: Al-Wahidi An- Nasyabury, Asbab an-Nuzul, Mawaqiu’ Sy’ab, hal, 191-1].

Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Namun, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut.[lihat :Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir,  Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim, Tahqiq oleh Samy bin Muhammad Salamah, Dar at-Thoyyibah Linasyri Wa Tawji’, Madinah , 1420 H, Hal.613-IV].

Tetapi meskipun demikian, Sayyid Maliki tetap menjelaskan bahwa ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab turun-nya (andaikata ada asbab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan pengertian umum. [Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki, Zubdah al-Itqan fî ‘Ulum al-Qur’an, hlm. 12]. ternyata Ini sesuai berdasarkan kaidah ushul yang menyatakan :

أَنَّ الْعِبْرَةَ لِعُمُومِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوصِ السَّبَبِ

Maksudnya :“Yang menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususan sebab”[As Sarkhasy, Ushul As Sarkhasy, Mawaqi’u ya’sub, Hal.164-I]. Setelah kata ud‘u (serulah) tidak disebutkan siapa obyek maf‘ul bih-nya. Ini adalah uslub (gaya pengungkapan) bahasa Arab yang memberikan pengertian umum (li at-ta’mim).Lihat [Asy-Syaukani, Irsyad al-Fuhul, hlm. 132].

Dari segi siapa yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum. Meski ayat ini adalah perintah Allah kepada Rasulullah, tetapi perintah ini juga berlaku untuk umat Islam yang telah menguasai dalam bidang Agama. Sebagaimana kaidah dalam ushul fikih disebutkan :

خطاب الرسول خظاب لامته مالم يرد دليل التحصيص

Maksud :“Perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam, selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya.” Lihat [Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Darul Ummah, Beirut, 1997, hal.241-III]. Kesimpulannya : Ayat diatas dari segi keumuman adalah Supaya kita Umat Islam berseru, menujukkan dan mengajak umat Islam yang tersesat. Juga mengajak Ahli Kitab (yahudi dan Nasrani), kita ajak dan kita beri petunjuk supaya memelik Agama Islam. Hal ini “Dakwah” Telah jelas maksudnya, berikut penjelasan para Ulama Mufassir :


Tafsir al-Qurthuby

هذه الآية نزلت بمكة في وقت الامر بمهادنة قريش، وأمره أن يدعو إلى دين الله وشرعه بتلطف ولين دون مخاشنة وتعنيف، وهكذا ينبغى أن يوعظ المسلمون إلى يوم القيامة. فهى محكمة في جهة العصاة من الموحدين، ومنسوخة بالقتال في حق الكافرين. وقد قيل: إن من أمكنت معه هذه الاحوال من الكفار ورجى إيمانه بها دون قتال فهى فيه محكمة. والله أعلم.

Artinya: “(Ayat ini diturunkan di Makkah saat Nabi SAW. diperintahkan untuk bersikap damai kepada kaum Quraisy.  Beliau diperintahkan untuk menyeru pada agama Allah dengan lembut (talathuf), layyin, tidak bersikap kasar (mukhasanah), dan tidak menggunakan kekerasan (ta’nif). Demikian pula kaum Muslim; hingga Hari Kiamat dinasihatkan dengan hal tersebut. Ayat ini bersifat muhkam dalam kaitannya dengan orang-orang durhaka dan telah di-mansûkh oleh ayat perang berkaitan dengan kaum kafir.  Ada pula yang mengatakan bahwa bila terhadap orang kafir dapat dilakukan cara tersebut, serta terdapat harapan mereka untuk beriman tanpa peperangan, maka ayat tersebut dalam keadaan demikian bersifat muhkam.  Wallahu a’lam.)” Lihat [Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Dar Sya’b, Kairo, 1373 H, Hal.200. juz.10].


Tafsir At-Thabary

 ( ادْعُ ) يا محمد من أرسلك إليه ربك بالدعاء إلى طاعته( إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ ) يقول: إلى شريعة ربك التي شرعها لخلقه، وهو الإسلام( بِالْحِكْمَةِ ) يقول بوحي الله الذي يوحيه إليك وكتابه الذي ينزله عليك( وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ) يقول: وبالعبرة الجميلة التي جعلها الله حجة عليهم في كتابه ، وذكّرهم بها في تنزيله، كالتي عدّد عليهم في هذه السورة من حججه ، وذكّرهم فيها ما ذكرهم من آلائه( وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ) يقول: وخاصمهم بالخصومة التي هي أحسن من غيرها أن تصفح عما نالوا به عرضك من الأذى، ولا تعصه في القيام بالواجب عليك من تبليغهم رسالة ربك.

Artinya: “Serulah (Wahai Muhammad, orang yang engkau diutus Rabb-mu kepada nya dengan seruan untuk taat ke jalan Rabb-mu, yakni ke jalan Tuhanmu yang telah Dia syariatkan bagi makhluk-Nya yakni Islam, dengan hikmah (yakni dengan wahyu Allah yang telah diwahyukan kepadamu dan kitab-Nya yang telah Dia turunkan kepadamu) dan dengan nasihat yang baik (al-mau’izhah al-hasanah, yakni dengan peringatan/pelajaran yang indah, yang Allah jadikan hujah atas mereka di dalam kitab-Nya dan Allah telah mengingatkan mereka dengan hujah tersebut tentang apa yang diturunkan-Nya. Sebagaimana yang banyak tersebar dalam surat ini, dan Allah mengingatkan mereka (dalam ayat dan surat tersebut) tentang berbagai kenikmatan-Nya). Serta debatlah mereka dengan cara baik (yakni bantahlah mereka dengan bantahan yang terbaik), dari selain bantahan itu engkau berpaling dari siksaan yang mereka berikan kepadamu sebagai respon mereka terhadap apa yang engkau sampaikan. Janganlah engkau mendurhakai-Nya dengan tidak menyampaikan risalah Rabb-mu yang diwajibkan kepadamu.). Lihat [Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid Ath Thabari,Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Qur’an,   Muassatur Risalah, Mesir, 1420 H, Hal.321 juz.17].


Tafsir Al-Jalaalayn

{ ادع } الناس يا محمد صلى الله عليه وسلم { إلى سَبِيلِ رَبّكَ } دينه { بالحكمة } بالقرآن { والموعظة الحسنة } مواعظة أو القول الرقيق { وجادلهم بالتى } أي المجادلة التي { هِىَ أَحْسَنُ }  كالدعاء إلى الله بآياته والدعاء إلى حججه { إِنَّ رَّبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ } أي عالم { بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بالمهتدين } فيجازيهم ، وهذا قبل الأمر بالقتال . ونزل لما قتل حمزة

Artinya: “Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan Rabb-mu (agama-Nya) dengan hikmah (dengan al-Quran) dan nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus)  dan debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan menyeru manusia kepada hujah).  Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Maka Allah membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah berperang. Ketika Hamzah  dibunuh (dicincang dan meninggal dunia pada Perang Uhud)” Lihat [Muhammad bin Ahmad, Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mahalli, As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Dar ul-Hadits, Kairo, Halaman 363].


Tafsir al-Quran il-‘Azhim

يقول تعالى امرا رسوله محمدا صلى الله عليه وسلم ان يدعو الخلق بالحكمة.قال ابن جرير:وهوما انزله عليه من الكتاب والسنة.{والموعظة الحسنة} اي : بما فيه  من  الزواجر والوقاءع بالناس دكرهم بها ليحذروا باء س الله تعلى. { وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ } أي: من احتاج منهم إلى مناظرة وجدال، فليكن بالوجه الحسن برفق ولين وحسن خطاب، كما قال: { وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ } [العنكبوت:46] . فأمره تعالى بلين الجانب، كما أمر موسى وهارون، عليهما السلام، حين بعثهما إلى فرعون فقال: { فَقُولا لَه قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى } [طه :44]

وقوله: إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين.َ  أي: قد علم الشقي منهم والسعيد، وكتب ذلك عنده وفرغ منه، فادعهم إلى الله، ولا تذهب نفسك على من ضل منهم  حسرات،  فإنه  ليس عليك  هداهم إنما أنت نذير،  عليك البلاغ، وعلينا الحساب

Artinya: “(Allah, Zat Yang Mahatinggi, berfirman dengan memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad SAW., untuk menyeru segenap makhluk kepada Allah dengan hikmah.  Ibn Jarir menyatakan, bahwa maksud dari hal tersebut adalah apa saja yang diturunkan kepadanya baik al-Quran, as-Sunnah. Dan nasihat yang baik, artinya dengan apa saja yang dikandungnya berupa peringatan (zawâjir) dan realitas-realitas manusia.  Memperingatkan mereka dengannya supaya mereka waspada terhadap murka Allah SWT.  Debatlah mereka dengan debat terbaik’ artinya barang siapa di antara mereka yang berhujah hingga berdebat dan berbantahan maka lakukanlah hal tersebut dengan cara yang baik, berteman, lembut, dan perkataan yang baik.  Hal ini seperti firman Allah SWT. dalam surat al-‘Ankabut (29): 46 (yang artinya): Janganlah kalian berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. Dia memerintahkannya untuk bersikap lembut seperti halnya Dia memerintahkan hal tersebut kepada Musa a.s. dan Harun a.s. ketika keduanya diutus menghadap Fir’aun seperti disebut dalam surat Thaha (20) ayat 44 (yang artinya): 

Katakanlah oleh kalian berdua kepadanya perkataan lembut semoga dia mendapat peringatan atau takut. Firman-Nya “Sesungguhnya Rabb-mu Dialah Maha Mengetahui terhadap siapa yang sesat dari jalan-Nya” artinya Sungguh Dia telah mengetahui orang yang celaka dan bahagia di antara mereka. Dan Allah telah menuliskan dan menuntaskan hal itu disisinya. Oleh karena itu, serulah mereka kepada Allah, dan janganlah engkau merasa rugi atas mereka yang sesat, sebab bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk, engkau semata-mata pemberi peringatan, engkau wajib menyampaikan dan Kami yang wajib menghisabnya.)”Lihat [ Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir, Tahqiq oleh Samy bin Muhammad Salamah, Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim,Dar At-Thoyyibah Linasyri wa Tawji’, Madinah 1420 H, Hal.613 jilid.IV].


Kemudian Dakwah Itu Untuk Siapasih?

Al-Quran telah memberikan petujuk kepada kita akan perintah itu (Berdakwah),hal tersebut “dakwah”, ini harus dijalankan pada saat kita dapati mereka inkar dan berpaling dari kebenaran. ia berbangga-bangga dengan ma’siat, kemudian ia pun mempengaruhi perasaan manusia disekelilingnya. Padahal telah jelas dalam Firman Allah SWT dalam Surat Al-A’raf ayat 179 :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا  لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ  أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ  آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا  أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

 “Sesungguhnya Kami telah menjadikan isi neraka Jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai pikiran tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah).  Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk memperhatikan (ayat-ayat Allah). Mereka juga mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah).  Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”.[Q.S. Al-A’raf ayat : 179].

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Q.S. At-Taubah : 71].

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Q.S. Ali Imran : 110].

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” [Q.S. Ali Imran : 104].

وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [Q.S. Al-Qashash : 87].

حدثنا أبو عاصم الضحاك بن مخلد عن زكرياء بن إسحاق عن يحيى بن عبد الله بن صيفي عن أبي معبد عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم بعث معاذا رضي الله عنه إلى اليمن فقال ادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله قد افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم

Dari Ibnu Abbas R.A ia berkata ; Sesungguhnya Rasulullah SWA mengatakan ; ”Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka pelaksanaan lima kali shalat dalam sehari semala. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari yang kaya untuk disalurkan kepada yang miskin di antara mereka”[HR, Bukhari No 1331]. Dengan cara yang halus, sebab Rasulullah SAW bersabda :

حدثنا عبد العزيز بن عبد الله حدثنا إبراهيم بن سعد عن صالح عن ابن شهاب عن عروة بن الزبير أن عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه وسلم قالت دخل رهط من اليهود على رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا السام عليكم قالت عائشة ففهمتها فقلت وعليكم السام واللعنة قالت فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم مهلا يا عائشة إن الله يحب الرفق في الأمر كله فقلت يا رسول الله أولم تسمع ما قالوا قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد قلت وعليكم

Dari Aisyah R.A, Nabi SAW Mengatakan :“Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar” [HR Bukhari No 5678, Muslim No 5067, dan tercantum penjelasan juga dalam "Maraqotil Mafatih Syarh Masy-katil Masobih No 3170. juz 19. Fathul Bari juz.1 hal. 464].

An-Nisaburi menafsirkan “Kelembutan” dengan kata lain” mau’izhah hasanah”adalah dengan hikmah sebagai tolak ukur hujjah yang qath‘i yang dapat menghasilkan berjalannya dakwah. Lihat [An-Nisaburi,Tafsir An Nisabury, Mawaqiu At Tafqair, Hal 65. jilid.V]. Al-Baidhawi dan Al-Alusi ketika menafsirkan kata “mau’izhah hasanah” adalah sebagai seruan-seruan yang memuaskan/meyakinkan (al-khithabat al-muqni‘ah) dan ungkapan-ungkapan yang bermanfaat (al-‘ibar al-naafi‘ah). Lihat [Al-Baidhawi, Hal.394 jilid.III  dan Lihat juga : Al-Alusi, Ruhul Ma’ani Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Mawaqi’u at-Tafaasir, Hal. 487. jilid.V].

Kesimpulan

Dengan demikian, definisi bisa disimpulkan bahwa “Dakwah” adalah sebuah thariqah (jalan) untuk menuju Rabb-nya. Membenahi yang salah dan menambal yang berlubang. Sedangkan yang di jadikan pijakan adalah hukum syara’ sebagaimana hukum syara’ yang menjadi pijakan adalah digali dari dalil-dalil syari’at, baik al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ Sahabat maupun Qiyas Ulama. Mengajak untuk lebih baik sesuai tuntunan Islam. Seperti itulah yang di maksud dakwah.


Wallahu A’lam,

Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.

2 Responses to "Dakwah Itu Apasih Dan Tujuannya Kemana?"

  1. Asslmkm.. ustad apa hukumnya dakwah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam Wr. Wb. Apa hukum dakwah? Hukum berdakwah pada dasarnya adalah wajib, terlebih saat melihat kemunkaran dan terjadinya ummat berpaling dari kebenaran. Maka wajib atas kita yang beriman untuk menolak dan meluruskan, kewajiban itu berdasarkan firman Allah :

      وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

      “Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada jalan Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [Q.S. Al-Qashash : 87].

      Pada ayat itu terdapat Amr, yaitu sebuah perintah dari Allah SWT dengan kalimat “Wad’uu” ini adalah sebuah perintah yang jelas. Terdapat makna “Ajaklah Mereka”. Bukan dengan kata “Ajak Mereka” begitu saja, Karena akan terjadi makna keumuman kata. Ajaklah kata ini bisa bermakna “Serulah Mereka”. Namun Ayat ini banyak di salah artikan dengan mewajibkan semua orang untuk berdakwah, kerena makna semua disitu bukan makna mutlaq dari semua kalangan. Tetapi disitu Ulama Mentakhsis (menghususkan). Seperti juga dikuatkan dalam Ayat :

      وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

      “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” [Q.S. Ali Imran : 104].

      Dengan jelas Ayat diatas menyampaikan, bahwa “sebagian atau segolongan umat menyeru kepada kebajikan”. Mengapa ini bisa dikatakan sebagian? Karena disesuaikan dengan keahlian bidang masing-masing, terdapat perintah dalam Al-Qur’an “Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari menyampaikan ayat-ayat Allah” [Q.S. Al-Qashash : 87]. Ayat ini bila ditujukan pada semua kalangan yang notabene umat, maka Ayat Allah akan berantakan. Seperti contoh : orang yang ahli dalam dunia pembangunan tiba-tiba menyampaikan dan menjelaskan Ayat Al-Qur’an, atau anak kecil yang masih sekolah tingkat dasar menyampaikan Ayat Al-Qur’an dan menjelaskan. Maka bisa dipastikan semua itu bukan bidangnya.

      Oleh karena itu para Ulama memilah masalah ini sesungguhnya pada siapa kewajiban dakwah itu diterapkan dan dijalankan. Kesimpulannya : Bahwa dakwah itu wajib bagi yang mampu dan sudah memenuhi syarat dalam masalah Ijtihadnya. Bila tidak dipenuhi syaratnya maka ai akan tersesat dalam pemahamannya, dan juga akan menyesatkan orang lain.

      Delete