Dalil Perdagangan Dalam Islam

Sebagaimana urusan yang bersangkutan dengan jual beli dalam Islam telah ada dasar-dasar yang ditetapkan, dan yang perlu kita ketahui bahwa ulama yang memang dalam ahlinya telah ber-Ijtihad dalam masalah ini. Adapun landasan Hukum yang dijadikan pijakan oleh ulama’ adalah Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa, sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ  ءَامَنُوا۟  لَا  تَأْكُلُوٓا۟  أَمْوٰلَكُم  بَيْنَكُم  بِالْبٰطِلِ  إِلَّآ  أَن  تَكُونَ  تِجٰرَةً  عَن  تَرَاضٍ  مِّنكُمْ  ۚ  وَلَا  تَقْتُلُوٓا۟  أَنفُسَكُمْ  ۚ  إِنَّ  اللّٰـهَ  كَانَ  بِكُمْ  رَحِيمًا  ﴿النساء:٢٩﴾

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (Q.S. An-Nisa’: 29).

Dalam Ayat diats para Mufassir menjelaskan, terlebih Imam Qurthubi menjelaskan sangat penjang lebar, sehingga apabila kami muat disini tidak akan cukup, Kami hanya akan mengambil poinnya saja. Dalam mendapatkan rizqi Allah SWT menjadikan perniagaan atau berniaga sebagai salah satu pelantara dari jalannya rizqi tersebut. Tetapi Ayat diatas bukan berarti supaya kita teralalu sibuk dengan hal itu, terdapat aturan dalam Ayat lain seperti berikut :

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا وَانْفَضُّوا إِلَيْهَا تَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: ‘Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan’, dan Allah sebaik-baik pemberi rezki.” (Q.S. Al-Jumu’ah: 11). Berlanjut pada Hadist :

حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَقْبَلَتْ عِيرٌ وَنَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجُمُعَةَ فَانْفَضَّ النَّاسُ إِلَّا اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا }

Dari Jabir radliallahu 'anhu berkata : Ketika kami sedang shalat Jum'at bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba datang rambongan dagang. Maka orang-orang melirik (dan berhamburan pergi) kecuali hanya dua belas orang. Maka kemudian turunlah ayat ini (QS. Al Jumu'ah ayat 12) yang artinya.: (Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, maka mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka meninggalkan kamu ketika kamu sedang berdiri menyampaikan berkhuthbah.[HR.bukhari No : 1922]. Ini artinya urusan harta tidak lebih baik daripada urusan Agama. Tetapi perdagangan itu sangat boleh sebagaimana dalam riwayat berikut :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَتْ عُكَاظٌ وَمَجَنَّةُ وَذُو الْمَجَازِ أَسْوَاقًا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَلَمَّا كَانَ الْإِسْلَامُ تَأَثَّمُوا مِنْ التِّجَارَةِ فِيهَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ { لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ } فِي مَوَاسِمِ الْحَجِّ قَرَأَ ابْنُ عَبَّاسٍ كَذَا

Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu berkata : 'Ukazh, Majannah dan Dzul Majaz adalah nama-nama pasar di zaman Jahiliyyah. Ketika Islam datang mereka seakan merasa berdosa bila tetap berdagang di pasar-pasar tersebut. Maka turunlah firman Allah Ta'ala QS Al Baqarah ayat 198 yang artinya : (Tidak ada dosa bagi kalian jika mencari karunia rezeqi Rabb kalian…..).[HR.bukhari No : 1956]. Kemudian dalam berniaga apa yang lebih bagus?

وَسألت أبي عَنْ حديثرَوَاهُ أَبُو إِسْمَاعِيلَ الْمُؤَدِّبُ ، عَنْ وَائِلِ بْنِ دَاوُدَ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عُمَيْرِ بْنِ أَخِي الْبَرَاءِ ، عَنِ الْبَرَاءِ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، " أَنَّهُ سُئِلَ : أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ " . قَالَ أَبِي : وَحَدَّثَنِي أَيْضًا الْحَسَنُ بْنُ شَاذَانَ ، عَنِ ابْنِ نُمَيْرٍ ، هَكَذَا مُتَّصِلٌ عَنِ الْبَرَاءِ . وَأَمَّا الثِّقَاتُ : الثَّوْرِيُّ ، وَجَمَاعَةٌ رَوَوْا عَنْ وَائِلِ بْنِ دَاوُدَ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عُمَيْرٍ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . وَالْمَرْسَلُ أَشْبَهُ .

Dari Wasa’il bin Dawud dari Sa’id ibn Umar saudara Barra’ menceritakan; dari Nabi SAW, sesungguhnya beliau ditanya:“Usaha apakah yang paling baik, Nabi menjawab : Pekerjaan seseorang dengan tangannya (maksudnya jerih payahnya) dan tiap-tiap jual beli yang mabrur.”[Musnad Ahmad juz. 4 hal 141 hadist No 2810. Dan dibenarkan oleh Al-Baihaqi dalam shahih Targhibnya No 1691]. Al-Hafid Ibnu Hajar juga menjelaskan masalah ini :

قال الحافظ ابن حجر رحمه الله : وقد اختلف العلماء في أفضل المكاسب ، قال الماوردي : أصول المكاسب : الزراعة ، والتجارة ، والصنعة ، والأشبه بمذهب الشافعي أن أطيبها : التجارة ، قال : والأرجح عندي : أن أطيبها الزراعة ؛ لأنها أقرب إلى التوكل . وتعقبه النووي بحديث المقدام [الذي سبق] ، وأن الصواب : أن أطيب الكسب : ما كان بعمل اليد ، قال : فإن كان زرَّاعا : فهو أطيب المكاسب ؛ لما يشتمل عليه من كونه عمل اليد ؛ ولما فيه من التوكل ؛ ولما فيه من النفع العام للآدمي ، وللدواب ؛ ولأنه لا بد فيه في العادة أن يؤكل منه بغير عوض . قلت : وفوق ذلك من عمل اليد : ما يُكتسب من أموال الكفار بالجهاد ، وهو مكسب النبي صلى الله عليه وسلم ، وأصحابه ، وهو أشرف المكاسب ؛ لما فيه من إعلاء كلمة الله تعالى ؛ وخذلان كلمة أعدائه ؛ والنفع الأخروي .

قال : ومن لم يعمل بيده : فالزراعة في حقه أفضل ؛ لما ذكرنا . قلت : وهو مبني على ما بحث فيه من النفع المتعدي ، ولم ينحصر النفع المتعدى في الزراعة ، بل كل ما يُعمل باليد فنفعه متعدٍّ ؛ لما فيه من تهيئة أسباب ما يحتاج الناس إليه . والحق : أن ذلك مختلف المراتب ، وقد يختلف باختلاف الأحوال ، والأشخاص . والعلم عند الله تعالى" انتهى . " فتح الباري " ( 4 / 304 ) .

“Mabrur maksudnya adalah jual beli yang terbebas dari penipuan dan kecurangan. Termasuk dalam kriteria curang adalah melakukan sumpah palsu untuk menarik perhatian konsumen. Sehingga tak heran, bila Islam melarang praktik penawaran untuk mengecoh minat konsumen (najsy) dan lain sebagainya yang berpotensi merugikan pembeli”. Sebuah riwayat yang jelas :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا ذَكَرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يُخْدَعُ فِي الْبُيُوعِ فَقَالَ إِذَا بَايَعْتَ فَقُلْ لَا خِلَابَةَ

Dari 'Abdullah bin 'Umar R.A bahwa ada seorang laki-laki menceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa dia tertipu dalam berjual beli. Maka Beliau bersabda : Jika kamu berjual beli katakanlah Maaf, namun jangan ada penipuan.[HR.bukhari No : 1974]. Maka aqad diperintah Allah SWT dalam Al-Qur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الأنْعَامِ إِلا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. [al-Maidah. 5:1]. Ayat ini memerintahkan kita untuk memenuhi per-Aqadan dalam sebuah transaksi, supaya semuanya bersih dan tidak ada yang merasa dibohongi maupun dirugikan dari keduanya :

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ صَالِحٍ أَبِي الْخَلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ رَفَعَهُ إِلَى حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Dari 'Abdullah bin Al Harits r.a berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah, Atau sabda Beliau : hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya.[HR.bukhari No : 1937]. Wallahu A'lam.

Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.

1 Response to "Dalil Perdagangan Dalam Islam"

  1. Assalamualaikum ustad,
    Bagaimana hukumnya sistem jual beli dropship.


    Terdapat sebuah hadis dari Hakim bin Hizam, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
    bersabda,

    ”Janganlah kamu menjual barang yang bukan milikmu.” (H.R. Abu Daud dan Nasa'i; dinilai sahih oleh Al-Albani)


    Hadits di atas secara tegas melarang kita menjual barang yang tidak kita miliki. Imam AlBaghawi mengatakan, “Larangan dalam hadis ini adalah larangan menjual barang yang tidak dimiliki penjual.” (Syarh Sunnah, 8:140)


    Dari keterangan bisa ditegaskan bahwa dropshipping termasuk sistem jual beli yang tercakup dalam larangan hadis di atas, karena dropshipper sama sekali tidak memiliki barang yang ada di supplier. Namun, dalam kondisi yang sama, dia menjual barang milik supplier. Ini artinya, dropshipper menjual barang yang pada dasarnya adalah bukan miliknya.

    Menurut ustad bagaimana solusinya

    ReplyDelete