Bismillah Alaa Ni’amillah... Segala puji hanya bagi Allah, Solawat serta salam selalu kami junjungkan kepada makhluq yang sempurna, terjaga dan paling dicintai Robb-nya. Beliaulah baginda Nabi SAW yang ma’sum serta sebagai penutup dari para Anbiya’. Seluruh penduduk Langit dan se-isi Alam semesta selalu melantunkan Solawat kepada Nabi SAW. Beliau adalah satu-satunya yang akan memberi syafa’at kelak dihari Akhir (hari kiyamat).
Rasulullah datang memang sebagai Utusan, sebagai pengingat dan sebagai petunjuk. Beliau telah mememberi kabar kepada kita tentang apa-apa yang belum terlaksana, dan belum tampak dibumi maupun di akhirat kelak. Maka kita sebagai yang diberi kabar itu hendaknya selalu ingat dan melaksankan dengan apa yang akan menjadi penyelamat kita kelak. Disini mari kita renungkan sejenak dengan apa yang kita sepelehkan selama ini. Rasulullah menyampaikan :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيَّ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلَّا أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ و حَدَّثَنِي أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ ح و حَدَّثَنِيهِ أَحْمَدُ بْنُ عُثْمَانَ الْأَوْدِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ كِلَاهُمَا عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ فِي حَدِيثِ رَوْحٍ مِنْ الْكَسْبِ الطَّيِّبِ فَيَضَعُهَا فِي حَقِّهَا وَفِي حَدِيثِ سُلَيْمَانَ فَيَضَعُهَا فِي مَوْضِعِهَا و حَدَّثَنِيهِ أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ يَعْقُوبَ عَنْ سُهَيْلٍ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, maka Allah akan menerimanya, lalu dipelihara-Nya seperti kamu memelihara anak kambing atau anak unta, sehingga sedekahmu itu bertambah besar sebesar gunung atau lebih besar dari itu. [HR.muslim No : 1685].
Janji Allah Robbul ‘Alamiin tidak pernah meleset ataupun meng-ingkari janjinya, hanya saja terdapat keragu-raguan dalam hati kita saat mendengar perintah dan janji-janji Allah SWT. Sedangkan Perintah dan Janji Allah SWT telah sering kita mendengar namun hal itu tidak membuat menjadi terbukanya mata hati kita. Allah SWT menjelaskan dalam firmannya :
ثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (infaq yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS Al-Baqarah :261). Dalam Tafsir jalalin dijelaskan :
{ مَثَلُ } صفة نفقات { الذين يُنفِقُونَ أموالهم فِي سَبِيلِ الله } أي طاعته { كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلّ سُنبُلَةٍ مّاْئَةُ حَبَّةٍ } فكذلك نفقاته تُضَاعَف لسبعمائة ضعف {والله يضاعف} أكثر من ذلك { لِمَن يَشَاء والله واسع } فضله { عَلِيمٌ } بمن يستحق المضاعفة
261. (Perumpamaan) atau sifat nafkah dari (orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah) artinya dalam menaati-Nya (adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh buah tangkai, pada masing-masing tangkai seratus biji.) Demikianlah pula halnya nafkah yang mereka keluarkan itu menjadi 700 kali lipat. (Dan Allah melipatgandakan) lebih banyak dari itu lagi (bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya (lagi Maha Mengetahui) siapa-siapa yang seharusnya memperoleh ganjaran yang berlipat ganda itu.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Orang-orang yang menginfaq-kan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang di inafaq-kannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada ke-khawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS Al-Baqarah :262). Berikut penjelasan dari Tafsir jalalin :
{ الذين يُنفِقُونَ أموالهم فِى سَبِيلِ الله ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُواْ مَنّاً } على المنفق عليه بقولهم مثلاً : قد أحسنت إليه وجبرت حاله { وَلا أَذًى } له بذكر ذلك إلى من لا يحب وقوفه عليه ونحوه { لَهُمْ أَجْرُهُمْ } ثواب إنفاقهم { عِندَ رَبّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ } في الآخرة
262. (Orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka belanjakan itu dengan cercaan) terhadap orang yang diberi, misalnya dengan mengatakan, "Saya telah berbuat baik kepadamu dan telah menutupi keperluanmu" (atau menyakiti perasaan) yang bersangkutan, misalnya dengan menyebutkan soal itu kepada pihak yang tidak perlu mengetahuinya dan sebagainya (mereka memperoleh pahala) sebagai ganjaran dari infaq mereka (di sisi Tuhan mereka. Tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka berduka cita) yakni di akhirat kelak. [Imam Jalaludin Al-Mahally & Imam Jalaludin As-Suyuti. Tafsir Jalalain, hal.150].
Ibnu Al-Katsir menjelaskan dalam Tafsirnya : Ini perumpamaan yang diberikan Allah menyangkut pelipatgandaan pahala bagi orang yang berinfak di jalan Allah untuk mencari keridlaan-Nya; bahwa kebaikan itu dilipatgandakan mulai dari sepuluh kali hingga 700 kali lipat. Maka Allah berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah” yakni dalam rangka ketaatan kepada Allah, seperti berinfak untuk jihad, misalnya untuk pengadaan kavaleri, perlengkapan senjata dan semacamnya. Dari Ibnu Abbas dikatakan, “Dirham yang diinfakkan dalam jihad dan haji akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat.”
Oleh karena itu, Allah berfirman, “Adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji.” Perumpamaan lebih menarik daripada hanya dengan menyebutkan 700 kali lipat, karena perumpamaan itu mengandung isyarat bahwa pahala amal saleh itu dikembangkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi pelakunya, seperti berkembangbiaknya biji tanam di tanah yang subur. Sunnah juga menyebutkan ihwal pelipatgandaan kebaikan hingga 700 kali.[Tafsir Ibnu Katsir” jilid 1, hal. 437].
Mengingat Asbab An-Nuzul Ayat diatas turun berkenaan dengan datangnya Utsman bin ‘Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf, kepada Nabi saw. Yang membawa dirham untuk dinafkah-kannya kepada pejuang yang terlibat dalam perang Tabuk. [Perang Tabuk terjadi pada tahun 631 M. Terjadinya perang ini sebagai jawaban Rasulullah SAW, atas serangan Heraclius yang terjadi di antara Madinah dan Damaskus. Ketika itu, Nabi SAW. mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai panglima perang yang memimpin pasukan 30.000 orang sahabat dan mereka berhasil mengalahkan lawan yang jumlah jauh lebih banyak dari pasukan Islam].
Abdurrahman bin ‘Auf membawa 4.000 dirham dan berkata ke-pada Nabi saw ; saya memiliki 8.000 dirham lalu seperduanya ini akan saya per-sembahkan kepada Allah, kata Abdurrahman bin ‘Auf. Sedangkan Utsman bin Affan membawa 1.000 unta. Sikap kedermawanan kedua sahabat tersebut disambut baik oleh Nabi SAW. lalu turunlah ayat الذين ينفقون اموالهم في سبيل الله… dan se-terusnya.
Terlepas dari rincian pembahasan Ayat diatas. Lebih fokus pada masalah “Infaq”. Maka sesungguhnya meng-Infaqkan atau menyisihkan sedikit harta untuk kita Infaq-kan, itu jangan pernah kita merasa malu karna berinfaq harta kita Cuma sedikit, hendaknya kita jangan sepelehkan hal itu, sekecil apapun harta benda kita yang akan disedekahkan, di infaq-kan lakukan saja walaupun hanya sebutir kurma. Rasulullah SAW bersabda :
و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَصَدَّقَ أَحَدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ إِلَّا أَخَذَهَا الرَّحْمَنُ بِيَمِينِهِ وَإِنْ كَانَتْ تَمْرَةً فَتَرْبُو فِي كَفِّ الرَّحْمَنِ حَتَّى تَكُونَ أَعْظَمَ مِنْ الْجَبَلِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ فَصِيلَهُ
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: "Tidak seorang pun yang menyedekahkan hartanya yang halal -yang mana Allah memang tidak akan menerima kecuali yang baik- melainkan Allah akan menerimanya, meskipun sedekahnya itu hanya sebutir kurma. Maka kurma itu akan bertambah besar di sisih Allah Yang Maha Pengasih, sehingga menjadi lebih besar daripada gunung, sebagaimana halnya kamu memelihara anak kambing dan anak unta (yang semakin lama semakin besar)."[HR.muslim No : 1684].
Bersedekalah Sebelum Terlambat
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ سَمِعْتُ حَارِثَةَ بْنَ وَهْبٍ يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تَصَدَّقُوا فَيُوشِكُ الرَّجُلُ يَمْشِي بِصَدَقَتِهِ فَيَقُولُ الَّذِي أُعْطِيَهَا لَوْ جِئْتَنَا بِهَا بِالْأَمْسِ قَبِلْتُهَا فَأَمَّا الْآنَ فَلَا حَاجَةَ لِي بِهَا فَلَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا
Wahb berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Segeralah kalian bersedekah, karena dikhawatirkan akan terjadi seorang laki-laki pergi ke mana-mana membawa sedekahnya, tetapi dijawab oleh orang yang hendak diberinya sedekah, 'kalaulah kemarin kamu datang (bersedakah), aku terima sedekahmu. Sekarang aku tidak butuh lagi terhadap sedekahmu itu.' Akhirnya orang itu pun benar-benar tidak mendapat orang yang bersedia menerima sedekahnya itu."[HR.muslim No : 1679].
Hadist diatas memberi peringatan kepada kita, bahwa sebentar lagi kita akan memasuki masa, yang mana pada waktu itu sudah tidak berlaku lagi sedekah. Mengapa bisa demikian? karena sebentar lagi kita akan menemukan masa, yang waktu itu semua manusia sudah kaya. Dan bahkan setiap orang menggebu ingin bersedekah. Namun waktu itu semuanya sudah terlambat, dan tidak ada lagi yang mau menerimanya. Lalu apakah kita yang mau bersedekan menunggu saat kaya seperti itu?. Mari sisihkan harta anda untu yang lagi membutuhkan.
Dan mumpung masih ada yang mau menerima disana. Dan ingatlah... harta yang anda infaq-kan tidak akan hilang, berkurang, apalagi dirugikan. Semuanya akan kembali kepada anda. Di dunia anda akan semakin di buka jalan rizqi anda sehingga akan semakin lancar sumber anda. Sedangkan di akhirat, harta yang tadinya anda infaqkan akan menggantikan, bahkan mampu menebus semua perkara, yang sesungguhnya perkara itu akan di pertanggung jawabkan kepada anda kelak. Mari kita renungkan masalah yang selama ini kita anggap sepeleh ini.
Wallahu A’lam
Rasulullah datang memang sebagai Utusan, sebagai pengingat dan sebagai petunjuk. Beliau telah mememberi kabar kepada kita tentang apa-apa yang belum terlaksana, dan belum tampak dibumi maupun di akhirat kelak. Maka kita sebagai yang diberi kabar itu hendaknya selalu ingat dan melaksankan dengan apa yang akan menjadi penyelamat kita kelak. Disini mari kita renungkan sejenak dengan apa yang kita sepelehkan selama ini. Rasulullah menyampaikan :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيَّ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلَّا أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ و حَدَّثَنِي أُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ ح و حَدَّثَنِيهِ أَحْمَدُ بْنُ عُثْمَانَ الْأَوْدِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ كِلَاهُمَا عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ فِي حَدِيثِ رَوْحٍ مِنْ الْكَسْبِ الطَّيِّبِ فَيَضَعُهَا فِي حَقِّهَا وَفِي حَدِيثِ سُلَيْمَانَ فَيَضَعُهَا فِي مَوْضِعِهَا و حَدَّثَنِيهِ أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ يَعْقُوبَ عَنْ سُهَيْلٍ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, maka Allah akan menerimanya, lalu dipelihara-Nya seperti kamu memelihara anak kambing atau anak unta, sehingga sedekahmu itu bertambah besar sebesar gunung atau lebih besar dari itu. [HR.muslim No : 1685].
Janji Allah Robbul ‘Alamiin tidak pernah meleset ataupun meng-ingkari janjinya, hanya saja terdapat keragu-raguan dalam hati kita saat mendengar perintah dan janji-janji Allah SWT. Sedangkan Perintah dan Janji Allah SWT telah sering kita mendengar namun hal itu tidak membuat menjadi terbukanya mata hati kita. Allah SWT menjelaskan dalam firmannya :
ثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (infaq yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS Al-Baqarah :261). Dalam Tafsir jalalin dijelaskan :
{ مَثَلُ } صفة نفقات { الذين يُنفِقُونَ أموالهم فِي سَبِيلِ الله } أي طاعته { كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلّ سُنبُلَةٍ مّاْئَةُ حَبَّةٍ } فكذلك نفقاته تُضَاعَف لسبعمائة ضعف {والله يضاعف} أكثر من ذلك { لِمَن يَشَاء والله واسع } فضله { عَلِيمٌ } بمن يستحق المضاعفة
261. (Perumpamaan) atau sifat nafkah dari (orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah) artinya dalam menaati-Nya (adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh buah tangkai, pada masing-masing tangkai seratus biji.) Demikianlah pula halnya nafkah yang mereka keluarkan itu menjadi 700 kali lipat. (Dan Allah melipatgandakan) lebih banyak dari itu lagi (bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya (lagi Maha Mengetahui) siapa-siapa yang seharusnya memperoleh ganjaran yang berlipat ganda itu.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Orang-orang yang menginfaq-kan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang di inafaq-kannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada ke-khawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS Al-Baqarah :262). Berikut penjelasan dari Tafsir jalalin :
{ الذين يُنفِقُونَ أموالهم فِى سَبِيلِ الله ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُواْ مَنّاً } على المنفق عليه بقولهم مثلاً : قد أحسنت إليه وجبرت حاله { وَلا أَذًى } له بذكر ذلك إلى من لا يحب وقوفه عليه ونحوه { لَهُمْ أَجْرُهُمْ } ثواب إنفاقهم { عِندَ رَبّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ } في الآخرة
262. (Orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka belanjakan itu dengan cercaan) terhadap orang yang diberi, misalnya dengan mengatakan, "Saya telah berbuat baik kepadamu dan telah menutupi keperluanmu" (atau menyakiti perasaan) yang bersangkutan, misalnya dengan menyebutkan soal itu kepada pihak yang tidak perlu mengetahuinya dan sebagainya (mereka memperoleh pahala) sebagai ganjaran dari infaq mereka (di sisi Tuhan mereka. Tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka berduka cita) yakni di akhirat kelak. [Imam Jalaludin Al-Mahally & Imam Jalaludin As-Suyuti. Tafsir Jalalain, hal.150].
Ibnu Al-Katsir menjelaskan dalam Tafsirnya : Ini perumpamaan yang diberikan Allah menyangkut pelipatgandaan pahala bagi orang yang berinfak di jalan Allah untuk mencari keridlaan-Nya; bahwa kebaikan itu dilipatgandakan mulai dari sepuluh kali hingga 700 kali lipat. Maka Allah berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah” yakni dalam rangka ketaatan kepada Allah, seperti berinfak untuk jihad, misalnya untuk pengadaan kavaleri, perlengkapan senjata dan semacamnya. Dari Ibnu Abbas dikatakan, “Dirham yang diinfakkan dalam jihad dan haji akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat.”
Oleh karena itu, Allah berfirman, “Adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji.” Perumpamaan lebih menarik daripada hanya dengan menyebutkan 700 kali lipat, karena perumpamaan itu mengandung isyarat bahwa pahala amal saleh itu dikembangkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi pelakunya, seperti berkembangbiaknya biji tanam di tanah yang subur. Sunnah juga menyebutkan ihwal pelipatgandaan kebaikan hingga 700 kali.[Tafsir Ibnu Katsir” jilid 1, hal. 437].
Mengingat Asbab An-Nuzul Ayat diatas turun berkenaan dengan datangnya Utsman bin ‘Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf, kepada Nabi saw. Yang membawa dirham untuk dinafkah-kannya kepada pejuang yang terlibat dalam perang Tabuk. [Perang Tabuk terjadi pada tahun 631 M. Terjadinya perang ini sebagai jawaban Rasulullah SAW, atas serangan Heraclius yang terjadi di antara Madinah dan Damaskus. Ketika itu, Nabi SAW. mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai panglima perang yang memimpin pasukan 30.000 orang sahabat dan mereka berhasil mengalahkan lawan yang jumlah jauh lebih banyak dari pasukan Islam].
Abdurrahman bin ‘Auf membawa 4.000 dirham dan berkata ke-pada Nabi saw ; saya memiliki 8.000 dirham lalu seperduanya ini akan saya per-sembahkan kepada Allah, kata Abdurrahman bin ‘Auf. Sedangkan Utsman bin Affan membawa 1.000 unta. Sikap kedermawanan kedua sahabat tersebut disambut baik oleh Nabi SAW. lalu turunlah ayat الذين ينفقون اموالهم في سبيل الله… dan se-terusnya.
Terlepas dari rincian pembahasan Ayat diatas. Lebih fokus pada masalah “Infaq”. Maka sesungguhnya meng-Infaqkan atau menyisihkan sedikit harta untuk kita Infaq-kan, itu jangan pernah kita merasa malu karna berinfaq harta kita Cuma sedikit, hendaknya kita jangan sepelehkan hal itu, sekecil apapun harta benda kita yang akan disedekahkan, di infaq-kan lakukan saja walaupun hanya sebutir kurma. Rasulullah SAW bersabda :
و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَصَدَّقَ أَحَدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ إِلَّا أَخَذَهَا الرَّحْمَنُ بِيَمِينِهِ وَإِنْ كَانَتْ تَمْرَةً فَتَرْبُو فِي كَفِّ الرَّحْمَنِ حَتَّى تَكُونَ أَعْظَمَ مِنْ الْجَبَلِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ فَصِيلَهُ
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: "Tidak seorang pun yang menyedekahkan hartanya yang halal -yang mana Allah memang tidak akan menerima kecuali yang baik- melainkan Allah akan menerimanya, meskipun sedekahnya itu hanya sebutir kurma. Maka kurma itu akan bertambah besar di sisih Allah Yang Maha Pengasih, sehingga menjadi lebih besar daripada gunung, sebagaimana halnya kamu memelihara anak kambing dan anak unta (yang semakin lama semakin besar)."[HR.muslim No : 1684].
Bersedekalah Sebelum Terlambat
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ سَمِعْتُ حَارِثَةَ بْنَ وَهْبٍ يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تَصَدَّقُوا فَيُوشِكُ الرَّجُلُ يَمْشِي بِصَدَقَتِهِ فَيَقُولُ الَّذِي أُعْطِيَهَا لَوْ جِئْتَنَا بِهَا بِالْأَمْسِ قَبِلْتُهَا فَأَمَّا الْآنَ فَلَا حَاجَةَ لِي بِهَا فَلَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا
Wahb berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Segeralah kalian bersedekah, karena dikhawatirkan akan terjadi seorang laki-laki pergi ke mana-mana membawa sedekahnya, tetapi dijawab oleh orang yang hendak diberinya sedekah, 'kalaulah kemarin kamu datang (bersedakah), aku terima sedekahmu. Sekarang aku tidak butuh lagi terhadap sedekahmu itu.' Akhirnya orang itu pun benar-benar tidak mendapat orang yang bersedia menerima sedekahnya itu."[HR.muslim No : 1679].
Hadist diatas memberi peringatan kepada kita, bahwa sebentar lagi kita akan memasuki masa, yang mana pada waktu itu sudah tidak berlaku lagi sedekah. Mengapa bisa demikian? karena sebentar lagi kita akan menemukan masa, yang waktu itu semua manusia sudah kaya. Dan bahkan setiap orang menggebu ingin bersedekah. Namun waktu itu semuanya sudah terlambat, dan tidak ada lagi yang mau menerimanya. Lalu apakah kita yang mau bersedekan menunggu saat kaya seperti itu?. Mari sisihkan harta anda untu yang lagi membutuhkan.
Dan mumpung masih ada yang mau menerima disana. Dan ingatlah... harta yang anda infaq-kan tidak akan hilang, berkurang, apalagi dirugikan. Semuanya akan kembali kepada anda. Di dunia anda akan semakin di buka jalan rizqi anda sehingga akan semakin lancar sumber anda. Sedangkan di akhirat, harta yang tadinya anda infaqkan akan menggantikan, bahkan mampu menebus semua perkara, yang sesungguhnya perkara itu akan di pertanggung jawabkan kepada anda kelak. Mari kita renungkan masalah yang selama ini kita anggap sepeleh ini.
Wallahu A’lam
Kami sangat ingin memanjakan anda dalam belajar, IQRO.NET sangat membutuhkan saran anda dalam mewujudkan hal itu, Salah satunya adalah kami ingin memberitahukan anda ketika kami update Artikel menggunakan RSS atau menggunakan email, silahkan.
Sengaja banyak catatan yang belum selesai, kami ingin tau seberapa perduli anda kepada ilmu, terutama masalah muamalah, biasanya akan terurai pada kolom komentar.
0 Response to "Taukah Anda Menanam Sebutir Jagung Dapat Membuka Pintu Surga"
Post a Comment